Cinta Bikin Buta Logika? Hati-Hati dengan Keputusan Tergesa-gesa

Tim Parapuan - Senin, 1 September 2025

Parapuan.co - Cinta sering digambarkan sebagai perasaan indah yang mampu membuat hidup terasa lebih berwarna. Namun di balik itu, cinta juga bisa menjadi kekuatan besar yang mendorong seseorang melakukan hal-hal di luar kebiasaannya. 

Fenomena ini bukan hanya kisah dalam film atau novel. Dalam kehidupan nyata, cinta memang kerap memengaruhi cara seseorang mengambil keputusan atau mengorbankan kepentingan pribadi. Mulai dari mengubah kebiasaan sehari-hari, mengalah dalam hal prinsip, hingga menempatkan kebahagiaan orang lain di atas kebahagiaan diri sendiri. 

Bagi sebagian orang, cinta bahkan terasa seperti sumber energi. Saat sedang jatuh cinta, dunia seolah tampak lebih cerah dan penuh semangat. Ada rasa percaya diri yang meningkat, bahkan muncul keyakinan bahwa segala tantangan bisa dihadapi bersama pasangan.

Namun, sisi lain cinta justru bisa begitu menghancurkan. Ketika hubungan berakhir, rasa kehilangan yang muncul dapat menimbulkan luka mendalam. Ada yang merasa hidupnya runtuh, bahkan seperti kehilangan arah dan tujuan.

Dilansir melalui laman Better Help, di balik romantisme yang menyertai seseorang, cinta juga dapat membuat seseorang kehilangan kejernihan berpikir. Tidak jarang, orang yang sedang jatuh cinta mengambil keputusan besar tanpa mempertimbangkan risiko yang mungkin menimbulkan hal-hal negatif. Seperti apakah itu?

Terlalu Cepat Mengambil Keputusan 

Salah satu dampak nyata dari cinta yang terlalu kuat adalah munculnya keputusan-keputusan yang terburu-buru. Ketika rasa sayang begitu mendominasi, logika kerap kali terpinggirkan. Akibatnya, seseorang bisa mengabaikan hal-hal penting hanya demi memprioritaskan hubungan yang sedang dijalani. 

Contoh yang paling umum adalah keputusan pindah rumah terlalu cepat. Banyak pasangan baru yang merasa ingin selalu bersama, sehingga memutuskan tinggal serumah tanpa benar-benar memikirkan konsekuensi jangka panjang. Padahal, keputusan ini bisa memunculkan masalah baru jika dilakukan tanpa persiapan matang.

Hal serupa juga terjadi dalam kasus pernikahan yang terburu-buru. Tidak sedikit pasangan yang merasa cinta mereka begitu kuat hingga memutuskan untuk menikah tanpa mempertimbangkan banyak aspek, mulai dari kesiapan finansial hingga kecocokan visi hidup. Pada awalnya, keputusan itu mungkin terasa benar, namun sering kali penyesalan datang setelah menghadapi realitanya.

Hilangnya Akal Sehat

Melalui laman Klik Dokter, seorang ahli psikolog, Ikhsan Bella Persada, M.Psi., menyebutkan ada beberapa alasan mengapa seseorang bisa melakukan hal-hal bodoh ketika jatuh cinta, termasuk menuruti apa pun yang diminta oleh pasangan.

Baca Juga: Kamu Merasa Sering Berada dalam Hubungan Toxic? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

 

 

Hal ini membuat seseorang sulit melihat "kesalahan" pasangannya, bahkan ketika tanda-tanda masalah sebenarnya sudah jelas terlihat. Sehingga, perlu diwaspadai bagaimana menyeimbangkan rasa dengan akal sehat agar tidak terjebak dalam keputusan impulsif.

Menjaga logika tetap berjalan di tengah derasnya emosi adalah kunci membangun hubungan yang sehat. Menunda keputusan besar, berdiskusi terbuka, dan melihat kembali realita dapat membantu pasangan menghindari penyesalan di kemudian hari.

Mendahulukan Perasaan Pasangan

Selain itu, cinta sering kali membuat seseorang rela berkorban demi pasangan. Tidak jarang, kebutuhan pribadi dikesampingkan hanya untuk memastikan orang yang dicintai merasa bahagia. Meski terdengar romantis, sikap ini sebenarnya dapat membawa dampak negatif jika dilakukan tanpa batas. 

Padahal, kebutuhan diri sendiri tidak kalah penting. Hal yang sering terjadi adalah kurangnya jam tidur, sehingga bisa berdampak buruk pada daya tahan tubuh, konsentrasi, hingga kestabilan emosi.

Menutup Mata

Cinta juga kerap membuat seseorang menutup mata terhadap kekurangan pasangan. Rasa sayang yang besar dapat menimbulkan ilusi bahwa semua perilaku pasangan dapat diterima, meski sebenarnya ada suatu masalah yang tidak boleh diabaikan.

Salah satu bentuk paling berbahaya dari sikap ini adalah ketika seseorang menoleransi perilaku kasar. Karena takut kehilangan pasangan, ada yang memilih diam meski mengalami perlakuan tidak menyenangkan, bahkan kekerasan. Situasi ini tentu berisiko menjerumuskan seseorang dalam hubungan yang toxic.

Maka dari itu, perlu diperhatikan bahwa mencintai seseorang tidak berarti harus menoleransi semua hal. Hubungan yang sehat dibangun atas dasar saling menghormati, bukan pengorbanan sepihak. Kuncinya terletak pada bagaimana seseorang mampu menyeimbangkan perasaan dengan logika.

Jika seseorang merasa terjebak dalam hubungan yang membingungkan, mencari bantuan profesional bisa menjadi langkah bijak. Konselor berlisensi, misalnya, dapat memberikan sudut pandang yang lebih objektif dalam memahami dinamika hubungan.

Perlu diketahui, menyayangi pasangan memang penting, tetapi menjaga diri sendiri agar tetap sehat secara fisik, mental, dan emosional tidak kalah berharga. Sebab, cinta yang sehat adalah cinta yang saling menguatkan, bukan yang saling melemahkan.

Baca Juga: Bukan Sekedar Main-Main, Ini Tanda Laki-Laki Serius Menjalani Hubungan

(*)

Putri Renata

Sumber: Klik Dokter,Better Help
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri