Gustika Jusuf Cucu Bung Hatta Pakai Batik Slobog Bermakna Duka saat Upacara di Istana

Arintha Widya - Selasa, 19 Agustus 2025
Batik Slobog bermakna berkabung yang dikenakan Gustika Jusuf.
Batik Slobog bermakna berkabung yang dikenakan Gustika Jusuf. Instagram gustikajusuf

Batik slobog dalam tradisi Jawa umumnya digunakan dalam suasana duka. Kata “slobog” yang berarti longgar atau terbuka melambangkan pelepasan, doa, dan keikhlasan. Kain ini kerap dipakai keluarga saat prosesi pemakaman untuk memberi penghormatan terakhir bagi orang yang telah meninggal, sekaligus mengantarkan doa agar perjalanan arwah mendapat kelapangan.

Namun, Gustika memaknai slobog dalam konteks yang lebih luas. Ia menempatkannya sebagai simbol duka bangsa terhadap sejarah kelam yang belum sepenuhnya dipulihkan, sekaligus doa agar Indonesia bisa menemukan jalan yang lebih terang.

"Dukaku lahir dari rasa cinta yang mendalam pada Republik ini. Bagiku, berkabung bukan berarti putus asa; dan merayakan bukan berarti menutup mata. Berkabung adalah jeda untuk jujur menatap sejarah, memelihara ingatan, dan menagih hak rakyat dan janji-janji konstitusi kepada Republik Indonesia," papar Tika. 

Perempuan, Warisan, dan Suara Nurani

Sebagai cucu Bung Hatta—tokoh bangsa yang dikenal menjunjung tinggi kejujuran dan demokrasi—sikap Gustika mencerminkan keberanian generasi penerus dalam melanjutkan warisan intelektual sekaligus kritis terhadap situasi negara. Yang menarik, ia menggunakan pendekatan khas perempuan: busana sebagai media komunikasi dan simbolik.

Dalam banyak tradisi, perempuan sering kali ditempatkan sebagai penjaga warisan budaya, baik melalui pakaian, ritual, maupun narasi keluarga. Gustika memperlihatkan bagaimana warisan itu bisa ditafsirkan ulang untuk menyalurkan aspirasi politik dan nurani kebangsaan. Keberaniannya menunjukkan bahwa perempuan dapat berperan aktif dalam ruang publik, bukan hanya dengan suara lantang, tetapi juga dengan simbol yang sarat makna.

Ia menutup refleksinya dengan harapan agar dari duka bisa tumbuh doa dan semangat untuk masa depan bangsa. "Merayakan adalah memanjatkan doa dan harapan, sebagaimana makna kain slobog itu sendiri, yang mengingatkan pada batas antara yang pergi dan yang tinggal; yang dimaknai sebagai doa akan keselamatan dalam ‘peralihan.’ Simbol bahwa dari duka pun kita bisa menyemai harapan. Panjang umur, Republik Indonesia-ku."

Refleksi untuk Generasi Muda

Pilihan Gustika Jusuf untuk tampil dengan batik slobog di upacara kenegaraan menjadi pengingat penting: kemerdekaan bukan hanya soal seremoni, tetapi juga ruang refleksi dan kritik. Bagi generasi muda, khususnya perempuan, tindakan ini memperlihatkan bahwa suara nurani bisa hadir dalam banyak bentuk—baik melalui kata-kata, tindakan, maupun simbol budaya yang dipilih dengan sadar.

Dengan sikapnya, Gustika menegaskan bahwa merayakan kemerdekaan tidak berarti melupakan luka, dan berkabung tidak selalu identik dengan keputusasaan. Sebaliknya, keduanya bisa berjalan beriringan: sebuah bentuk cinta mendalam pada Republik yang terus ditagih untuk menepati janji-janji konstitusi dan keadilan bagi rakyatnya.

Baca Juga: Demo Pati 13 Agustus 'Seharusnya' Jadi Rambu Kuning Pejabat Negara

(*)

Sumber: Instagram
Penulis:
Editor: Arintha Widya