Baca Juga: Investasi Cerdas untuk Kulit, Ini Pentingnya Memilih Skincare yang Telah Terbukti Klinis
Bagi Fajri, brand yang mampu bertahan lama adalah brand yang seimbang dalam mendengarkan masukan eksternal namun tetap memegang idealisme internal. “Pendapat tim internal belum tentu sesuai dengan selera pasar, dan sebaliknya. Itulah kenapa keseimbangan menjadi kunci,” tegasnya.
Dalam skala industri, ia juga aktif membangun jaringan dengan para founder brand kecantikan lokal lainnya. Pertemuan rutin ini menjadi ajang untuk berbagi pengalaman, bertukar ide, sekaligus saling menguatkan menghadapi tantangan yang ternyata banyak dialami bersama. Salah satu masalah yang kerap dibahas adalah maraknya produk impor yang masuk ke pasar Indonesia, membuat kompetisi semakin ketat.
Selain itu, kenaikan biaya operasional di e-commerce dan sistem afiliasi yang memotong persentase cukup besar juga menjadi tantangan tersendiri. Hal ini berdampak langsung pada kemampuan brand untuk memberikan discount atau promosi, yang selama ini menjadi daya tarik utama bagi konsumen.
Menurut Fajri, dukungan media sangat dibutuhkan untuk menyuarakan aspirasi brand lokal kepada pemerintah. Ia berharap pemerintah dapat menerapkan kebijakan yang lebih berpihak, misalnya dengan penyesuaian pajak untuk produk impor agar brand lokal bisa tetap kompetitif.
“Kalau brand impor pajaknya diatur, kita masih bisa memberikan harga yang lebih terjangkau bagi konsumen. Saat ini margin promosi sudah semakin sempit, jadi kalau tidak ada dukungan, sulit bagi brand lokal untuk bertahan,” ungkapnya.
Meskipun situasi pasar cukup menantang, ia mengaku optimis karena adanya solidaritas antar brand lokal. Rasa kebersamaan ini membuat para pelaku usaha merasa tidak sendirian dan mampu saling memberi dukungan moral maupun strategi bisnis.
Ia menegaskan bahwa mendukung brand lokal bukan hanya soal membeli produk, tetapi juga menjaga keberlangsungan industri kreatif Indonesia. “Kalau bukan kita yang menjalankan dan mendukung brand lokal, siapa lagi? Jangan sampai ada brand yang terpaksa tutup hanya karena kurang dukungan,” ujarnya.
Dengan inovasi yang terus berjalan, komitmen mendengarkan pelanggan, serta semangat kolaborasi dengan sesama pelaku industri, Luxcrime optimis dapat terus bersaing dan berkembang di tengah ketatnya pasar kecantikan.
Bagi para pencinta kecantikan, kehadiran Luxcrime bisa menjadi kesempatan untuk mepercantik diri dan merasakan langsung kualitas dari keberagaman produk mereka. Di tengah semangat kemerdekaan, brand ini ingin menegaskan bahwa kecantikan sejati adalah ketika setiap orang merasa bebas menjadi dirinya sendiri, apapun warna kulitnya.
Baca Juga: 6 Tren Skincare yang Viral di Kalangan Gen Z dan Mileninial, Apa Saja?
(*)
Putri Renata