Parapuan.co - Dalam dunia serba cepat, perempuan seolah dituntut untuk selalu tampil sempurna. Pada akhirnya, perempuan sering mengikuti tren yang berubah dalam sekejap.
Media sosial, iklan, dan budaya populer membentuk ekspektasi bahwa kecantikan ideal harus selalu diperbarui dengan produk terbaru. Di balik kilau promosi tersebut, ada kenyataan pahit yang jarang dibicarakan, yaitu industri kecantikan kini terjebak dalam siklus fast beauty. Ini tidak hanya berdampak pada dompet dan kesehatan perempuan, tetapi juga bumi yang kita tinggali.
Di balik tampilan cantik yang cepat dan mudah, fast beauty seolah menjadi masalah besar. Sama seperti fast fashion, industri ini mendorong produksi produk kecantikan dalam waktu singkat untuk mengejar tren dinamis, tetapi dengan konsekuensi lingkungan dan sosial yang serius.
Industri fast beauty melaju cepat demi menjaga eksistensinya. Kini, pembaruan produk tidak lagi memakan waktu tahunan, melainkan hanya dalam hitungan bulan. Ditopang kampanye media sosial dan influencer, tren kecantikan baru dengan cepat mendominasi pasar.
Produk kosmetik dan skincare terus bermunculan, dari personalized serum hingga makeup kolaborasi selebriti.
Hal ini berujung pada lonjakan produksi, yang berarti lonjakan sampah. Kemasan plastik yang sulit terurai, kandungan mikroplastik, dan bahan-bahan kimia berbahaya memperburuk pencemaran lingkungan.
Menurut laporan dari Market Research Future (MRFR), pasar skincare global diperkirakan akan tumbuh dengan laju tahunan sebesar 2,49% hingga tahun 2032.
Pasar skincare global saat ini didominasi oleh negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, China, India, dan Korea Selatan, menunjukkan betapa kuatnya industri ini di pasar internasional.
Untuk perempuan Indonesia, pertumbuhan industri ini tidak kalah pesat. Mengutip dari Kompas.id, dari tahun 2015 hingga 2022, pasar skincare di Indonesia tumbuh 4,6% setiap tahunnya, dengan skincare menyumbang sekitar 28-29% dari keseluruhan industri kecantikan.
Baca Juga: Stop Asal Coba Skincare! Ini 5 Waktu yang Harus Kamu Hindari
Fenomena ini didukung oleh perubahan perilaku konsumen dalam setahun terakhir. Penelusuran tentang perawatan kulit melonjak sebesar 230 persen, sementara pencarian tentang produk skincare meningkat 130 persen.
Hal ini menunjukkan bagaimana kebutuhan dan ekspektasi terhadap perawatan kulit semakin tinggi.
Menariknya, merek lokal justru mendominasi pasar dengan kontribusi mencapai 60 persen di tahun 2023. Merek lokal seperti Wardah, Scarlet, MS Glow, dan Emina menjadi pilihan utama perempuan Indonesia, membuktikan bahwa produk lokal mampu bersaing dengan brand global.
Lagi-lagi perempuan menjadi target utama dalam spiral konsumerisme ini. Lewat media sosial, perempuan didorong untuk terus memperbarui koleksi kecantikan.
Fear of Missing Out (FOMO) tak lagi soal fashion, tapi juga skincare routine dan tampilan kulit 'sempurna' yang berubah-ubah standarnya.
Dampaknya pada lingkungan sangat berbahaya, dari mulai limbah plastik menumpuk, pencemaran air akibat bahan kimia dalam kosmetik, serta polusi udara dari proses distribusi produk-produk kecantikan yang sering hanya digunakan sesaat.
Tak hanya itu, fast beauty ini juga sama halnya seperi fast fashion yang berdampak juga bagi keuanganmu. Kamu seolah menjadi kehilangan kendali atas konsumsi.
Menghadapi tantangan ini, kamu sebagai perempuan bisa memulai jadi agen perubahan, dengan melakukan beberapa langkah ini.
Baca Juga: Self-Care Simpel, Ini 3 Rekomendasi Skincare dan Makeup Wajib Punya
Pilih produk berkelanjutan yang memiliki komitmen ramah lingkungan, misalnya menggunakan bahan organik, cruelty-free, dan memiliki sertifikasi keberlanjutan. Ini membantu kita mendukung sistem produksi yang lebih bertanggung jawab.
Kurangi konsumsi impulsif, belanja bukan hanya karena tergoda diskon atau tren viral di media sosial, tetapi butuh. Pertimbangkan apakah produk benar-benar cocok dan akan digunakan secara rutin.
Dukung brand lokal, sebab merek lokal lebih ramah lingkungan, mengingat distribusinya lebih pendek. Merek lokal juga sering kali lebih memahami kebutuhan kulit perempuan Indonesia. Dukungan dari perempuan Indonesia juga akan memperkuat ekonomi lokal.
Tingkatkan literasi kecantikan dengan membaca label, memahami bahan aktif, serta mencari tahu dampak produk pada kulit dan lingkungan. Literasi membuatmu lebih bijak dalam memilih. Ada banyak konten edukatif yang kini tersedia secara gratis dan bisa dicari.
Gunakan sistem refill. Caranya, pilih produk yang menyediakan kemasan isi ulang, seperti sabun cuci muka, toner, atau cushion foundation. Ini mengurangi sampah plastik sekali pakai dan mendukung model konsumsi sirkular.
Pisahkan dan daur ulang kemasan bekas. Sebisa mungkin, pisahkan kemasan kaca, plastik, dan logam sesuai jenisnya. Cari program daur ulang dari brand (seperti Wardah, The Body Shop, atau Kiehl’s) atau komunitas peduli lingkungan.