Tiga Jalur Karier yang Tahan Terhadap Otomatisasi
Kupelian menyoroti tiga jenis pekerjaan yang diperkirakan tetap relevan dan sulit digantikan oleh mesin:
1. Pekerjaan Teknik dan Keterampilan Manual
Profesi seperti tukang ledeng, teknisi listrik, dan tukang bangunan memerlukan kemampuan fisik, improvisasi, serta penyelesaian masalah di situasi nyata—hal yang belum bisa diatasi AI dengan andal. Keterampilan ini tetap sangat dibutuhkan, terutama di lingkungan yang dinamis dan tidak terstruktur.
2. Pekerjaan Kreatif dan Berbasis Penilaian
Desainer, seniman, penulis, dan pengambil keputusan strategis adalah contoh pekerjaan yang bergantung pada kreativitas, intuisi, dan pertimbangan kompleks. AI mungkin bisa membuat tulisan atau gambar, namun belum mampu memahami konteks budaya, nilai estetika, atau emosi manusia secara menyeluruh.
3. Pekerjaan yang Sejalan dengan AI
Paradoksnya, justru banyak pekerjaan baru bermunculan seiring berkembangnya AI—misalnya di bidang data science, pengembangan machine learning, serta pengawasan etika AI. Profesi ini tidak hanya menjanjikan gaji tinggi, tapi juga punya peran penting dalam membentuk arah penggunaan AI secara bijak dan bertanggung jawab.
Strategi Menghadapi Perubahan
Baca Juga: Simak, Manfaat dan Risiko Menggunakan AI untuk Melamar Pekerjaan
Pekerjaan yang paling rentan terhadap otomatisasi umumnya bersifat repetitif, berbasis aturan, dan minim keputusan. Namun, otomatisasi justru memberi peluang bagi pekerja untuk naik ke posisi yang lebih strategis dan kreatif.
Kunci agar tetap relevan di pasar kerja masa depan adalah berkolaborasi dengan AI, bukan melawannya. Mengembangkan keterampilan berpikir kritis, komunikasi, empati, serta memahami cara kerja teknologi akan menjadi nilai tambah yang tak tergantikan mesin.
Otomatisasi memang mengubah peta pekerjaan secara drastis, tetapi bukan berarti semua peran manusia akan hilang. Justru, di tengah gelombang teknologi, pekerjaan yang mengandalkan sentuhan manusiawi dan kreativitas justru makin berharga.
Dengan memahami dinamika ini sejak dini, generasi muda dapat menyiapkan diri untuk tidak hanya bertahan, tapi juga unggul di dunia kerja masa depan yang semakin terotomatisasi.
(*)