Shlomo Radcliffe menjelaskan, "Setiap kali dikritik, yang terasa bukan hanya momen itu, tapi semua pengalaman negatif masa lalu ikut muncul kembali. Rasa sakitnya jadi berlipat."
Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?
1. Validasi perasaan anak: Jangan meremehkan perasaan mereka. Akui bahwa perasaan kecewa dan sedih itu nyata.
2. Bantu anak memahami ADHD-nya: "Bila anak tahu bahwa reaksi emosional mereka punya dasar biologis, mereka cenderung tidak menyalahkan diri sendiri," kata Shlomo Radcliffe.
3. Ajarkan cara bicara pada diri sendiri yang penuh kasih: "Peran orang tua adalah menjadi pelatih penuh empati. Dengan begitu, suara orang tua bisa tertanam dalam pikiran anak untuk membimbing saat mereka menghadapi situasi sulit," jelas Radcliffe lagi.
4. Bedakan antara koreksi dan rasa malu: Koreksi tetap perlu, tapi sampaikan tanpa menghakimi. Hindari label seperti “kamu malas” atau “kamu selalu ceroboh”.
5. Bantu anak mengenali strategi yang menenangkan: Setiap anak berbeda—ada yang merasa lebih baik setelah membangun Lego, mendengarkan musik, atau menulis jurnal.
Michelle Lavergne menambahkan bahwa orang tua juga sebaiknya mencari informasi dan dukungan, termasuk berbicara dengan dokter anak untuk mendapat rujukan profesional.
Walau RSD tidak bisa "disembuhkan" begitu saja, banyak anak dengan kondisi ini bisa bertumbuh dan membangun kepercayaan diri seiring waktu. "Setelah usia 24 tahun, banyak anak muda dengan ADHD mulai bisa mengatur emosi dengan lebih baik," kata Lavergne.
Dan kabar baiknya, anak-anak yang sensitif ini sering tumbuh menjadi orang dewasa yang penuh empati. "Mereka bisa jadi perawat, guru, atau konselor yang luar biasa. Sensitivitas mereka bisa menjadi kekuatan," tutup Lavergne.
Baca Juga: Hati-Hati Remaja Bisa Salah Mendiagnosis Diri ADHD dari Misinformasi di TikTok
(*)