Lebih dari 1 Juta Sarjana di Indonesia Menganggur, Bagaimana Solusi Pemerintah?

Saras Bening Sumunar - Selasa, 22 Juli 2025
Lebih dari 1 juta sarjana di Indonesia menganggur tahun 2025 ini.
Lebih dari 1 juta sarjana di Indonesia menganggur tahun 2025 ini. JLGutierrez

Parapuan.co - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli baru-baru ini mengungkap fakta mengejutkan terkait situasi pekerja di Indonesia. Pasalnya, jumlah pengangguran berpendidikan sarjana di Indonesia saat ini mencapai lebih dari 1 juta orang.

Berdasarkan data yang disampaikan Yassierli, tercatat ada 1.010.652 lulusan universitas menganggur di tahun 2025 ini. Bukan itu saja, jumlah lulusan diploma yang menganggur juga tak main-main, yakni 177.399 orang.

Data yang sama tercatat pula sebanyak 2.422.846 lulusan SD dan SMP yang menganggur. Lalu, untuk lulusan SMA ada 2.038.893 orang yang menganggur. Terakhir, untuk tingkat pendidikan SMK ada 1.628.517 lulusannya yang menganggur.

Secara keseluruhan, jumlah pengangguran di Indonesia pada 2025 ini tercatat sebanyak 7,28 juta atau setara dengan 4,76 persen. Sementara itu, jumlah penduduk Indonesia yang saat ini bekerja sebanyak 145,77 juta orang.

Dari jumlah tersebut, ada 38,67 persen yang bekerja di sektor formal dan 56,57 persen pekerja di sektor informal (termasuk setengah pengangguran). Menaker menyebutkan bahwa solusi dari pengangguran yang tinggi di Indonesia ini harus dilihat dari dua sisi.

Pertama dari sisi ketersediaan tenaga kerja, kedua permintaan terhadap tenaga kerja. "Saya tetap melihat bahwa solusi pengangguran itu kita harus melihatnya dari dua sisi yakni, supply dan demand," ujar Yassierli dikutip dari Kompas.

"Saya bicara demand-nya dulu. Jadi, kondisi global itu adalah sesuatu yang memang kita harus mitigasi, tapi bersamaan dengan itu kondisi dalam negeri juga harus kita optimalkan," imbuhnya.

Menaker juga menyinggung soal program Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih yang ditargetkan beroperasi pada 2025 ini. Presiden Prabowo telah meminta agar 80.000 Kopdes Merah Putih bisa berjalan tahun ini.

Program tersebut, menurutnya, bisa jadi salah satu solusi menciptakan lapangan kerja baru untuk mengurangi pengangguran. Berdasarkan perhitungannya, jika dalam satu Kopdes Merah Putih ada 25 pengelola, maka program itu bisa menciptakan lebih dari 2 juta lapangan baru.

Baca Juga: Pengangguran di RI Tembus 7,28 Juta Orang, Coba Peluang Usaha Ini

Apa Penyebab Banyak Sarjana di Indonesia Menganggur?

Sementara itu, Immanuel Ebenezer selaku Wakil Menteri Ketenagakerjaan menjabarkan beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka sarjana menganggur tahun ini, seperti:

- Lapangan kerja yang minim di Indonesia.

- Ketidakcocokan dengan gaji yang ditawarkan oleh perusahaan.

- Keterampilan para sarjana yang tidak sesuai dengan kebutuhan industri saat ini.

"Pertama mungkin masalah salary. Jadi kan mereka sarjana tetapi ditawarkan gajinya (setara) lulusan SMA. Lalu lokasi (penempatan) dan kebutuhan industri tidak ketemu (dengan keterampilan para sarjana)," ujar Immanuel Ebenezer.

"Jangan-jangan mereka milih tempat pekerjaannya. Selain milih tempat pekerjaan, juga milih gaji (berapa)," tuturnya.

Sementara dalam kesempatan yang berbeda, Yassierli menyampaikan bahwa masih banyak lapangan kerja di dalam negeri sehingga para WNI yang menganggur tidak perlu keluar negeri untuk mencari pekerjaan.

Baca Juga: Angka Pengangguran Tinggi, Mengapa Kalangan Muda Enggan Jadi Pekerja Rumah Tangga?

Menurutnya, bekerja di luar negeri adalah solusi terakhir dari kebutuhan lapangan kerja saat ini. "Jadi kita harus mengoptimalnya semua peluang. Yang pertama, peluang pertama itu sebenarnya adalah dari program prioritas Pak Presiden," ujarnya.

"Jadi (ada) makan bergizi gratis 50.000 satuan SPPG, (ada) 80.000 Koperasi Desa Merah Putih. Nanti kemudian ada hilirisasi, kemudian ada ketahanan pangan, ketahanan energi. Itu adalah lapangan pekerjaan yang ada di depan mata," jelasnya.

Namun, Yassierli mengakui bahwa program-program pemerintah itu masih berproses untuk persiapan maupun pelaksanaan. Kementerian Ketenagakerjaan sendiri juga membantu menyiapkan SDM tenaga kerja dalam program yang ada.

Misalnya, dengan Kementerian Koperasi telah disepakati pelatihan pengelola Koperasi Desa Merah Putih. "Kemudian (solusi) yang kedua, tentu lapangan kerja dari investasi baru. Dengan adanya Danantara, teman-teman juga lihat sudah ada investasi sekian masuk," ungkap Yassierli.

"Kami sudah ada MoU dengan Kementerian Investasi bahwa ke depan setiap ada investasi itu akan masuk juga pertimbangan terkait dengan ketenagakerjaan," lanjutnya. Solusi ketiga, yakni Kementerian Ketenagakerjaan mendekatkan diri dengan para pengusaha untuk mendapatkan bocoran data kebutuhan lapangan kerja.

Baru untuk solusi keempat, Yassierli menyebut bekerja di luar negeri bisa menjadi opsi selanjutnya. "Yang keempat, baru nanti kita berbicara peluang untuk magang ataupun tenaga kerja di luar negeri. Jadi semua itu kita optimalkan," tambah Yassierli.

Baca Juga: Terjadi Kesenjangan Gender Pengangguran, Perempuan Karier Tertinggal di Pasar Kerja?

(*)

Sumber: kompas
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri