Perselingkuhan dengan Sesama Rekan Kerja, Mengapa Bisa Terjadi?

Saras Bening Sumunar - Senin, 21 Juli 2025
Perselingkuhan dengan rekan kerja.
Perselingkuhan dengan rekan kerja. baona

Parapuan.co - Media sosial tengah dihebohkan dengan kasus perselingkuhan yang melibatkan CEO perusahaan teknologi Astronomer, Andy Byron, bersama dengan Kristin Cabot. Aksi perselingkuhan ini terkuak ketika keduanya tengah bermesraan menonton konser Coldplay di Stadion Gillette, Boston, Amerika Serikat.

Diketahui, Kristin Cabot sendiri merupakan rekan kerja Andy Byron. Kristin bahkan menduduki posisi Chief People Officer (CPO) di perusahaan yang dipimpin Andy. Kejadian ini berawal ketika Chris Martin menyorotkan kamera ke arah keduanya. Terlihat, Andy Byron tengah memeluk Kristin Cabot dari belakang, begitu muncul di layar, keduanya justru terkejut.

Kristin Cabot langsung memalingkan wajahnya dan menutupi, sementara Andy Byron tampak berusaha bersembunyi. Seseorang perempuan di sebelah mereka bahwa tertawa canggung melihat kejadian tersebut.

"Entah mereka berselingkuh atau mereka hanya sangat malu," canda Chris Martin. Setelah video tersebut viral di media sosial, publik pun penasaran dan bertanya, mengapa perselingkuhan di tempat kerja dengan sesama rekan kerja rentan terjadi.

Menurut Yustinus Joko Dwi Nugroho, M.Psi, psikolog, perselingkuhan di lingkungan kerja sebenarnya bukanlah fenomena baru. Menurutnya, perselingkuhan ini dimulai karena rasa suka akibat sering bertemu.

"Rasa suka itu dimulai karena sering bertemu, memang rentan tetapi belum tentu juga kalau sering bertemu kemudian suka. Sering ketemu itu menciptakan peluang. Apalagi kalau jam berja panjang dan rutinitas intens," ujar Yustinus Joko dikutip dari Kompas

Adapun faktor lain yang memicu perselingkuhan di kantor atau dengan rekan kerja, yakni:

1. Rasa Dimengerti dan Diapresiasi

Banyak hubungan rumah tangga atau percintaan di luar kantor yang diwarnai oleh rasa jenuh, komunikasi buruk, atau kurangnya apresiasi. Ketika seseorang merasa di rumah tidak didengarkan, tidak dihargai, bahkan diabaikan, maka saat di kantor ada rekan kerja yang tampak peduli, memberikan pujian, atau sekadar menjadi pendengar, ini bisa menjadi sumber kepuasan emosional yang selama ini hilang.

Baca Juga: Sudah Beristri, Kenapa Laki-Laki Tetap Nekat Selingkuh? Ini Alasannya

Kamu akan merasa lebih valid, diperhatikan, dan lebih hidup. Perasaan ini bisa membuat seseorang terbawa arus emosional, mengabaikan batasan profesional, dan membuka celah terhadap hubungan yang lebih dari sekadar kolega. Kantor pun menjadi tempat pelarian dari kehidupan pribadi yang stagnan atau bermasalah.

2. Budaya Kantor yang Mengabaikan Batasan Personal

Tidak semua kantor memiliki sistem dan budaya kerja yang secara tegas menetapkan batasan antara hubungan profesional dan personal. Banyak tempat kerja justru menciptakan ruang abu-abu, seperti outing karyawan, acara makan malam bersama, perjalanan dinas berdua, hingga lembur larut malam yang melibatkan hanya dua orang.

Dalam situasi seperti ini, batasan pribadi menjadi kabur, dan peluang terjadinya hubungan intim di luar profesionalisme pun semakin besar. Jika kantor tidak memiliki kebijakan internal yang jelas tentang etika hubungan antarpegawai, maka sangat mudah bagi individu untuk terjebak dalam situasi yang membuat mereka terlena hingga lupa diri.

3. Intensitas Bertemu Memicu Kedekatan Emosional

Kamu mungkin tidak menyadarinya, tapi sebagian besar waktu aktif dalam sehari dihabiskan di kantor, rata-rata 8 hingga 10 jam per hari. Ketika kamu terus-menerus berada di lingkungan yang sama dengan rekan kerja, terlibat dalam diskusi, menghadapi tantangan proyek bersama, bahkan melewati tekanan deadline serupa, maka secara alami akan terbentuk rasa kebersamaan dan kedekatan emosional.

Dalam psikologi, ini disebut sebagai proximity effect, yaitu kecenderungan seseorang untuk membangun kedekatan dengan individu yang sering ia temui dalam rutinitas.

Kedekatan ini sering berkembang dari hubungan profesional menjadi personal, dan dari personal menuju ketertarikan romantis, terutama ketika salah satu atau kedua pihak sedang mengalami masalah dalam hubungan rumah tangga mereka. Tanpa disadari, interaksi yang awalnya profesional bisa berubah menjadi bentuk perhatian lebih personal dan intim.

4. Faktor Individual

Terlepas dari faktor eksternal, keputusan untuk berselingkuh tetap berpulang pada individu. Banyak kasus perselingkuhan di kantor yang melibatkan orang-orang dengan tingkat ketidakmatangan emosional, ketergantungan pada validasi eksternal, dan lemahnya kontrol diri.

Mereka merasa diinginkan, dicari, atau dipilih, dan perasaan itu membuat mereka tergoda untuk mengabaikan komitmen yang telah dibangun sebelumnya.

Dalam banyak kasus, mereka tidak benar-benar berniat berselingkuh sejak awal, namun karena tidak punya batasan diri yang kuat, akhirnya terjerumus dalam hubungan terlarang.

Baca Juga: Ini 3 Cara Perempuan Memulihkan Diri Akibat Perselingkuhan Suami

(*)