Parapuan.co - Media sosial kembali melahirkan istilah baru yang sedang ramai dibicarakan: aura farming. Istilah ini semakin populer setelah viralnya sebuah video TikTok dari ajang tradisional Pacu Jalur di Riau, yang menampilkan seorang anak laki-laki berdiri di ujung perahu dengan gaya tenang bak seorang bintang besar.
Tanpa banyak gerak, ia melambai, meniupkan ciuman, dan menjaga ekspresi datarnya seolah sedang menyapa para penggemar. Aksi ini tidak hanya menyita perhatian publik, tetapi juga memunculkan istilah baru dalam budaya digital—aura farming.
Apa itu aura farming? Yuk, kita cari tahu bersama makna di balik istilah tersebut sebagaimana melansir Woman's World di bawah ini!
Apa Itu Aura Farming?
Secara harfiah, "aura" merujuk pada kesan keren atau karisma yang terpancar dari seseorang. Sedangkan "farming" berarti menanam atau membangun sesuatu secara perlahan dan disengaja. Jadi, aura farming merujuk pada usaha sadar seseorang untuk menampilkan diri sebagai sosok yang mengesankan atau keren—tanpa terlihat sedang berusaha keras melakukannya.
Dalam praktiknya, seseorang bisa disebut sedang aura farming ketika ia melakukan tindakan yang tampak biasa saja, namun menyisakan kesan mendalam atau vibes kuat pada orang lain. Misalnya, duduk tenang tapi mencuri perhatian, atau menolong orang lain dengan cara yang elegan dan tidak mengundang pujian berlebihan.
Viral dari Pacu Jalur
Tren aura farming meledak setelah video Rayyan Arkan Dikha, seorang anak 11 tahun dari Riau, beredar luas di TikTok. Dalam video tersebut, Rayyan berdiri tegak di bagian depan perahu panjang saat mengikuti lomba tradisional Pacu Jalur.
Ia berperan sebagai Togak Luan—penari perahu yang berfungsi membakar semangat para pendayung. Namun, yang membuat aksinya viral adalah caranya berdiri anggun dan menawan di tengah suara riuh penonton, dengan ekspresi datar tapi aura yang luar biasa kuat.
Baca Juga: Mengenal Istilah Tradwife dan Bedanya dengan Perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga
Video Rayyan telah ditonton lebih dari 60 juta kali dan membuat istilah aura farming semakin dikenal luas. Banyak warganet memuji ketenangan dan pesona Rayyan, bahkan menjadikannya sebagai panutan dalam mempraktikkan aura farming.
Contoh Lain Aura Farming
Tren ini melahirkan banyak video serupa, termasuk konten-konten lucu seperti pura-pura menjatuhkan kertas di depan orang asing, lalu berpura-pura memberi tanda tangan seolah diminta sebagai selebriti. Tujuannya tentu saja sama: memperlihatkan kesan keren tanpa terlihat sengaja.
Namun, aura farming juga bisa gagal. Contohnya, seorang anggota kongres di Amerika Serikat mencoba mengikuti tren ini dengan menari di kereta bawah tanah menuju ruang sidang, sambil menuliskan keterangan "on my way to hold this administration accountable" (sedang dalam perjalanan meminta pertanggungjawaban pemerintah).
Alih-alih mendapatkan pujian, ia justru menuai kritik karena dianggap tidak serius bekerja. Komentar-komentar seperti “-1000 aura” pun bermunculan, memperlihatkan bahwa aura farming juga punya standar yang tidak bisa dipaksakan.
Mengapa Aura Farming Relevan?
Di balik kesan lucu dan ringan, aura farming mencerminkan bagaimana generasi muda memaknai pesona dan autentisitas di era media sosial. Bukan lagi soal tampil mewah atau penuh gaya, tapi justru bagaimana seseorang bisa terlihat menarik tanpa usaha yang berlebihan.
Viralnya Rayyan di Pacu Jalur juga memperlihatkan bahwa budaya lokal Indonesia bisa menjadi panggung untuk tren global. Lewat gaya yang otentik, ia menunjukkan bahwa aura tidak selalu lahir dari pencitraan—kadang, justru dari keaslian itulah pesona terbesar muncul.
Aura farming menjadi salah satu istilah baru yang menggambarkan tren ekspresi diri di era digital. Lewat sosok seperti Rayyan Arkan Dikha dan momen Pacu Jalur yang viral, kita belajar bahwa kehadiran yang kuat tidak selalu datang dari suara paling keras, melainkan dari ketenangan, kepercayaan diri, dan sikap otentik yang menyentuh hati banyak orang.
Baca Juga: Mengenal Istilah Intimacy Issues dan Berbagai Jenisnya, Simak!
(*)