Advertorial

Menjadi Arsitek di Zaman Modern: Kreatif, Adaptif, dan Melek Teknologi

Yussy Maulia - Sabtu, 12 Juli 2025
Ilustrasi arsitek yang sedang merancang desain bangunan.
Ilustrasi arsitek yang sedang merancang desain bangunan. Unsplash

Parapuan.co – Dunia arsitektur terus berkembang dan menunjukkan peran pentingnya dalam pembangunan berbagai aspek kehidupan, mulai dari tata kota, kawasan hunian, hingga ruang publik yang berkelanjutan. 

Kondisi ini mendorong meningkatnya kebutuhan terhadap jasa arsitek di berbagai sektor. Pertumbuhan kota-kota besar, munculnya kawasan industri baru, hingga proyek penataan ruang yang adaptif terhadap perubahan iklim menjadikan peran arsitek semakin krusial. 

Arsitek tidak hanya dibutuhkan untuk membangun gedung atau rumah tinggal, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan yang nyaman, estetis, dan efisien.

Sejalan dengan itu, tuntutan terhadap kualitas kerja arsitek pun berubah. Tak cukup hanya menguasai aspek teknis bangunan, arsitek masa kini juga diharapkan mampu memahami dinamika sosial, isu lingkungan, dan konteks ekonomi. 

Baca Juga: Mengubah Job Title di CV Bisa Jadi Kunci Sukses Mendapatkan Pekerjaan Baru

Desain yang baik tidak lagi hanya tentang tampilan visual, melainkan juga harus fungsional, berkelanjutan, dan berpihak pada kebutuhan masyarakat.

Perkembangan teknologi turut mempercepat perubahan dalam praktik arsitektur. Penggunaan perangkat lunak seperti AutoCAD, SketchUp, Revit, dan Building Information Modeling (BIM) menjadi standar baru dalam proses perancangan. Teknologi ini memungkinkan proses desain lebih efisien, presisi tinggi, dan kolaborasi lintas tim yang lebih efektif.

Tidak hanya itu, kehadiran tren kerja jarak jauh membuka peluang bagi arsitek Indonesia untuk terlibat dalam proyek-proyek internasional, bahkan tanpa perlu meninggalkan domisili.

Tantangan dan persaingan

Namun, di balik terbukanya berbagai peluang tersebut, dunia arsitektur juga dihadapkan pada persaingan yang semakin ketat. Banyak arsitek muda yang berlomba menunjukkan keunggulan mereka melalui portofolio desain yang unik, inovatif, dan relevan. 

Lembaga pendidikan seperti KunkunAcademy pun melihat peluang ini sebagai tantangan penting dalam menyiapkan generasi arsitek muda yang siap menghadapi pasar global dengan keterampilan teknologi dan kreativitas tinggi.

Dosen Prodi Arsitektur FT Universitas Kristen Indonesia (UKI) Ulinata, ST.Ars, M.T, menjelaskan bahwa sarjana arsitektur yang belum memiliki pengalaman (fresh graduate) yang ingin melakukan praktek arsitektur perlu meningkatkan kompetensinya agar lebih terukur dan objektif dengan melanjutkan pendidikan profesi tambahan.

“Untuk meningkatkan mutu karyanya, seorang arsitek perlu meningkatkan penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pengembangan keprofesian berkelanjutan sehingga dapat bersaing secara kompetitif dengan arsitek lainnya,” katanya.

Baca Juga: Perempuan Kerja Freelance, Ini Cara Mengelola Keuangan agar Tetap Stabil

Untuk memastikan kredibilitas dan profesionalitasnya, arsitek juga harus memiliki Surat Tanda Registrasi Arsitek (STRA) yang dikeluarkan oleh Ikatan Arsitek Indonesia (IAI). STRA tidak hanya menjadi legalitas, tetapi juga bentuk tanggung jawab dan jaminan kompetensi atas proyek yang ditangani.

Lebih lanjut dikatakan Ulinata, dalam dunia profesional, seorang arsitek yang tidak memiliki sertifikat kerja akan kesulitan bersaing di dunia kerja.

"Bisa juga mengikuti penataran kode etik dan pengembangan keprofesian berkelanjutan sehingga kemudian diperkenankan mengikuti uji kompetensi hingga pada akhirnya memiliki bukti tertulis untuk melakukan praktik arsitek dan bertanggung jawab pada pekerjaan arsitektur yang dirancang," kata Ulinata.

Kabar baiknya, kurikulum arsitektur di berbagai institusi kini terus berbenah agar lebih adaptif terhadap kebutuhan zaman.

Tantangan global seperti krisis iklim, lonjakan urbanisasi, dan transformasi digital mendorong institusi pendidikan untuk mencetak lulusan yang tidak hanya kreatif, tetapi juga peka terhadap isu-isu sosial dan lingkungan.

Hal itulah yang dilakukan oleh Kunkun Academy. Lembaga pendidikan ini mendorong pendekatan pembelajaran yang lebih kolaboratif dan aplikatif. Harapannya, para lulusan tidak hanya siap memasuki dunia kerja secara teknis, tetapi juga punya kesadaran untuk menciptakan ruang yang berdampak positif bagi kehidupan masyarakat luas.

Industri arsitektur adalah bidang yang terus berevolusi, dan setiap profesionalnya dituntut untuk terus belajar dan beradaptasi. 

Dengan keterampilan desain yang solid, penguasaan teknologi yang relevan, serta pemahaman mendalam terhadap kebutuhan sosial dan ekologis, arsitek masa kini memiliki peluang besar untuk menjadi pelaku utama dalam pembangunan berkelanjutan.

Penulis:
Editor: Yussy Maulia