Advertorial

Menjadi Arsitek di Zaman Modern: Kreatif, Adaptif, dan Melek Teknologi

Yussy Maulia - Sabtu, 12 Juli 2025
Ilustrasi arsitek yang sedang merancang desain bangunan.
Ilustrasi arsitek yang sedang merancang desain bangunan. Unsplash

Lembaga pendidikan seperti KunkunAcademy pun melihat peluang ini sebagai tantangan penting dalam menyiapkan generasi arsitek muda yang siap menghadapi pasar global dengan keterampilan teknologi dan kreativitas tinggi.

Dosen Prodi Arsitektur FT Universitas Kristen Indonesia (UKI) Ulinata, ST.Ars, M.T, menjelaskan bahwa sarjana arsitektur yang belum memiliki pengalaman (fresh graduate) yang ingin melakukan praktek arsitektur perlu meningkatkan kompetensinya agar lebih terukur dan objektif dengan melanjutkan pendidikan profesi tambahan.

“Untuk meningkatkan mutu karyanya, seorang arsitek perlu meningkatkan penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pengembangan keprofesian berkelanjutan sehingga dapat bersaing secara kompetitif dengan arsitek lainnya,” katanya.

Baca Juga: Perempuan Kerja Freelance, Ini Cara Mengelola Keuangan agar Tetap Stabil

Untuk memastikan kredibilitas dan profesionalitasnya, arsitek juga harus memiliki Surat Tanda Registrasi Arsitek (STRA) yang dikeluarkan oleh Ikatan Arsitek Indonesia (IAI). STRA tidak hanya menjadi legalitas, tetapi juga bentuk tanggung jawab dan jaminan kompetensi atas proyek yang ditangani.

Lebih lanjut dikatakan Ulinata, dalam dunia profesional, seorang arsitek yang tidak memiliki sertifikat kerja akan kesulitan bersaing di dunia kerja.

"Bisa juga mengikuti penataran kode etik dan pengembangan keprofesian berkelanjutan sehingga kemudian diperkenankan mengikuti uji kompetensi hingga pada akhirnya memiliki bukti tertulis untuk melakukan praktik arsitek dan bertanggung jawab pada pekerjaan arsitektur yang dirancang," kata Ulinata.

Kabar baiknya, kurikulum arsitektur di berbagai institusi kini terus berbenah agar lebih adaptif terhadap kebutuhan zaman.

Tantangan global seperti krisis iklim, lonjakan urbanisasi, dan transformasi digital mendorong institusi pendidikan untuk mencetak lulusan yang tidak hanya kreatif, tetapi juga peka terhadap isu-isu sosial dan lingkungan.

Hal itulah yang dilakukan oleh Kunkun Academy. Lembaga pendidikan ini mendorong pendekatan pembelajaran yang lebih kolaboratif dan aplikatif. Harapannya, para lulusan tidak hanya siap memasuki dunia kerja secara teknis, tetapi juga punya kesadaran untuk menciptakan ruang yang berdampak positif bagi kehidupan masyarakat luas.

Industri arsitektur adalah bidang yang terus berevolusi, dan setiap profesionalnya dituntut untuk terus belajar dan beradaptasi. 

Dengan keterampilan desain yang solid, penguasaan teknologi yang relevan, serta pemahaman mendalam terhadap kebutuhan sosial dan ekologis, arsitek masa kini memiliki peluang besar untuk menjadi pelaku utama dalam pembangunan berkelanjutan.

Penulis:
Editor: Yussy Maulia