Parapuan.co - Banyak orang, khususnya perempuan, mengira jerawat hanya disebabkan oleh kebersihan wajah yang kurang atau konsumsi makanan berminyak. Namun, penelitian menunjukkan bahwa stres juga berperan penting dalam memperburuk kondisi jerawat, terutama jika seseorang memang sudah memiliki kecenderungan berjerawat.
Walaupun stres bukan penyebab langsung jerawat, kondisi mental yang terganggu dapat memengaruhi hormon tubuh dan memperparah peradangan pada kulit. Mengapa jerawat bisa muncul atau makin parah saat stres dan bagaimana mengatasinya? Simak uraian yang dirangkum dari Medical News Today berikut ini!
Kenapa Jerawat Bisa Muncul saat Stres?
Saat seseorang mengalami stres, tubuh akan meningkatkan produksi kortisol, yaitu hormon stres. Hormon ini dapat mengganggu keseimbangan hormonal tubuh, merangsang kelenjar minyak (sebasea), dan memperbanyak produksi sebum (minyak) di kulit. Akibatnya, pori-pori bisa tersumbat lebih cepat dan memicu munculnya jerawat.
Tak hanya itu, stres juga dapat menurunkan daya tahan alami kulit terhadap bakteri dan peradangan. Artinya, kulit menjadi lebih sensitif dan sulit melawan infeksi penyebab jerawat, sehingga kondisinya bisa memburuk.
Bukti Ilmiah tentang Hubungan Stres dan Jerawat
Beberapa studi menguatkan kaitan antara stres dan jerawat. Misalnya:
- Sebuah penelitian Swapna Bondade, et.al. pada tahun 2018 menunjukkan bahwa kejadian hidup yang penuh tekanan seperti ujian, masalah keluarga, atau tekanan pekerjaan berkorelasi dengan peningkatan jumlah jerawat pada rentang usia 12–45 tahun.
- Studi kecil lainnya pada tahun yang sama yang dilakukan Foteini Chatzikonstantinou et.al.,menemukan bahwa teknik manajemen stres mampu memperbaiki gejala jerawat pada sebagian besar perempuan peserta.
Baca Juga: Dampak Membayangkan Alam untuk Mengurangi Stres, Ini Kata Studi
- Sebuah studi yang diterbitkan National Library of Medicine tahun 2020, mengungkap bahwa hubungan antara stres dan jerawat bersifat dua arah: stres bisa memperburuk jerawat, dan jerawat yang membandel bisa menurunkan kepercayaan diri serta memicu kecemasan atau depresi.
Bahkan, pasien dengan jerawat kronis dalam studi tersebut melaporkan perasaan terisolasi, kesepian, dan ketergantungan pada media sosial sebagai pelarian.
Perlu Pendekatan Lintas Disiplin
Melihat kompleksitasnya, para ahli menyarankan agar penanganan jerawat tidak hanya fokus pada pengobatan kulit, tetapi juga mencakup aspek psikologis dan emosional. Panel diskusi internasional tahun 2020 menyarankan agar dokter kulit juga mempertimbangkan kondisi tidur, stres, dan emosi pasien saat meresepkan pengobatan jerawat.
Dengan kata lain, perawatan jerawat sebaiknya dilakukan secara holistik, melibatkan dermatolog, psikolog, bahkan psikiater bila diperlukan.
Cara Mengelola Jerawat dan Stres Secara Bersamaan
Untuk merawat jerawat dan mengelola stres, berikut beberapa tips yang bisa dilakukan:
1. Perawatan Kulit
- Gunakan pembersih wajah lembut dua kali sehari dan setelah berkeringat.
- Pilih produk non-komedogenik dan bebas minyak.
- Hindari menyentuh atau memencet jerawat.
- Gunakan tabir surya dan hindari paparan sinar matahari berlebihan.
- Konsultasikan dengan dokter kulit untuk pengobatan topikal atau oral jika jerawat tergolong sedang hingga berat.
2. Mengelola Stres
- Lakukan latihan pernapasan atau meditasi secara rutin.
- Tidur cukup dan berkualitas.
- Konsumsi makanan sehat bergizi seimbang.
- Luangkan waktu untuk relaksasi atau melakukan hobi.
- Rutin berolahraga ringan.
- Bicara dengan orang terdekat atau profesional bila merasa kewalahan secara emosional.
Baca Juga: Cepat Bikin Rileks, Ini 5 Teknik Pernapasan untuk Mengelola Stres dengan Tepat
Jerawat bukan hanya soal kulit, tapi juga bisa menjadi cerminan dari kondisi emosional dan mental seseorang. Stres yang dibiarkan tanpa kendali dapat memperparah jerawat, dan jerawat yang tidak kunjung membaik bisa memperburuk stres.
Oleh karena itu, penting untuk merawat kulit dan pikiran secara seimbang agar bisa memperoleh hasil yang optimal. Jika kamu merasa stres berdampak besar pada kulitmu, jangan ragu untuk konsultasi ke dokter kulit dan psikolog secara bersamaan.
Mengelola jerawat bukan hanya soal perawatan luar, tetapi juga bagaimana kamu merawat dirimu secara menyeluruh.
(*)