Baca Juga: Sediakan Konten Khusus yang Ramah Anak, Seberapa Aman YouTube Kids?
3. Bias dan Misinformasi
AI dilatih dari konten buatan manusia, yang seringkali membawa bias atau sudut pandang tertentu. Anak bisa tanpa sadar menyerap informasi yang tidak objektif.
Langkah antisipatif: Ajari anak untuk mempertanyakan informasi. Diskusikan bersama, misalnya, "Menurutmu, apakah gambar ini asli?" atau "Kenapa kamu pikir video ini muncul di beranda kamu?"
4. Ketergantungan
Jika terlalu sering mengandalkan AI, anak bisa malas berpikir atau mengurangi kemampuan menyelesaikan masalah sendiri. Saran: Batasi waktu layar dan dorong anak menyelesaikan tugas dengan usahanya terlebih dahulu sebelum bertanya ke AI.
Cara Bijak Mengenalkan AI ke Anak
- Jadikan AI sebagai alat bantu, bukan sumber kebenaran mutlak.
- Gunakan AI sebagai sarana bermain dan belajar bersama anak.
- Tumbuhkan rasa ingin tahu anak, tapi juga ajarkan batasan etika dan keamanan digital.
- Buat daftar pertanyaan menarik bersama anak untuk dijawab oleh AI, seperti: “Apa itu galaksi?” atau “Ceritakan dongeng tentang kucing dan robot.”
- Tinjau kembali hasil dari AI bersama anak dan ajak mereka berpikir: apakah masuk akal? Perlu diperiksa lagi?
AI bukan musuh, tetapi alat yang perlu digunakan secara cerdas. Ketika diperkenalkan secara tepat dan diawasi dengan baik, AI bisa menjadi sahabat baru anak untuk belajar dan berkarya. Tapi orang tua tetap perlu berperan aktif, bukan hanya mengawasi, tapi juga menjadi mitra eksplorasi digital bagi anak.
Di era digital ini, menjadi orang tua bukan hanya soal membatasi, tetapi juga mendampingi dan mengedukasi.
Baca Juga: Bagai Pisau Bermata Dua, Ini Pentingnya Peran Ibu Membimbing Anak di Era Digital
(*)