Parapuan.co - Kawan Puan, bisa jadi banyak orang tua masih menganggap bahwa memilih sekolah anak cukup disesuaikan dengan lokasi, biaya, atau kurikulum. Namun, menurut perencana keuangan Rista Zwestika, keputusan memilih sekolah anak jauh lebih besar dari sekadar urusan akademik. “Sekolah bukan sekadar tempat belajar, tapi bisa menjadi titik awal masa depan anakmu,” tulis Rista di Instagramnya.
Di sekolah, anak mulai mengenal dunia di luar rumah dan keluarga. Di sinilah mereka pertama kali belajar tentang relasi sosial, tanggung jawab, dan cara menyikapi perbedaan. Tidak seperti pembelajaran di rumah yang sifatnya lebih personal dan dilindungi, sekolah memberikan pengalaman langsung tentang bagaimana dunia bekerja.
Meski sekolah tidak bisa menjamin pembentukan nilai dan kebiasaan yang ideal, lingkungan sekolah tetap memberikan pengaruh yang besar pada masa depan anak, termasuk terkait finansialnya kelak.
“Kurang lebihnya dari sekolah anak-anak turut membawa apa yang mereka lihat dan pelajari ke dalam kehidupan mereka,” kata Rista. Artinya, baik atau buruknya lingkungan sekolah akan melekat dalam cara anak menjalani hidup.
Pengaruh itu mencakup hal yang lebih besar dari pelajaran di kelas—yakni impian, tanggung jawab, dan pandangan anak terhadap uang. Rista menambahkan bahwa lingkungan sekolah bisa menentukan seberapa jauh seorang anak berani bermimpi, mau berjuang, dan belajar mengatur hidupnya sendiri. Semua ini berkaitan erat dengan masa depan finansial mereka.
Salah satu aspek yang tak bisa diabaikan adalah peran teman sebaya di sekolah. Seiring bertambahnya usia, anak-anak lebih banyak belajar dari teman dibanding orang tua. Di sinilah “circle” pergaulan mereka berperan besar dalam membentuk pola pikir. “Anak yang tumbuh di circle gemar menabung dan berusaha akan cenderung mandiri secara finansial,” papar Rista lagi.
Sebaliknya, lingkungan yang konsumtif dan pasif dapat memicu anak untuk mengikuti gaya hidup tanpa arah. Mereka mudah terbawa arus tren tanpa memahami konsekuensinya. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini bisa menyulitkan mereka mencapai kestabilan keuangan dan hidup yang terencana.
Penelitian dari Harvard yang dikutip Rista menguatkan hal ini. Studi Chetty tahun 2016 menyimpulkan bahwa lingkungan sosial dan pendidikan masa kecil punya korelasi kuat dengan kondisi ekonomi seseorang saat dewasa. Anak-anak dari lingkungan yang mendukung berkembang lebih stabil secara finansial saat besar nanti.
Sekolah yang baik adalah investasi masa depan. “Anak terbiasa diberi literasi keuangan, tumbuh dalam budaya produktif, dan diajarkan menunda kesenangan,” jelas Rista. Nilai-nilai ini menjadi bekal utama untuk mencapai kemandirian finansial di masa depan. Artinya, sekolah memberi lebih dari sekadar ijazah.
Baca Juga: Loud Budgeting, Cara Baru Orang Tua Mengajarkan Anak tentang Uang Sejak Dini
Membangun Skill Finansial dan Karakter Sejak Dini Lewat Sekolah yang Tepat
Penting bagi orang tua untuk memahami bahwa sekolah bukan hanya tempat mengejar nilai rapor. Sekolah yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai anak dapat memberikan keterampilan hidup (lifeskill) yang lebih bermakna. Ini mencakup kemampuan mengelola uang, berpikir kritis, hingga membentuk karakter anti-utang konsumtif.
“Sekolah yang tepat akan bisa memberikan bekal lifeskill yang dibutuhkan anak lebih dari sekadar nilai rapor,” tegas Rista. Bahkan, ada sekolah yang sudah mengajarkan wirausaha sejak dini, lengkap dengan simulasi keuangan dan pembelajaran tentang pentingnya menabung serta menunda keinginan.
Kualitas pendidikan semacam ini akan membentuk anak yang tidak hanya pintar, tetapi juga bijak dalam membuat keputusan. Mereka lebih siap menghadapi tantangan dunia nyata, dan tidak cepat menyerah saat berhadapan dengan kesulitan. Inilah nilai penting dari investasi di sekolah yang memiliki visi jangka panjang.
Lebih jauh, sekolah yang baik bisa membuka jejaring sosial yang sangat berharga. Anak-anak belajar membangun koneksi, mengenal orang-orang dengan pola pikir serupa, bahkan mungkin bertemu dengan calon partner usaha di masa depan. Sekolah menjadi tempat anak membangun dunia profesionalnya sejak dini.
Selain itu, sekolah yang mendukung juga memberikan peluang beasiswa lebih luas. Dengan referensi yang kuat dari guru atau institusi, anak memiliki akses ke berbagai kesempatan akademik dan non-akademik. Ini memperluas jalan mereka untuk tumbuh mandiri dan tidak selalu bergantung pada orang tua.
Namun, ada konsekuensi logis dari semua manfaat tersebut: biaya. “Zaman sekarang, ada enggak sekolah yang bisa memberikan dampak seperti itu? Ada, tapi mungkin kamu akan terkejut dengan biayanya,” ungkap Rista. Biaya masuk, biaya bulanan, hingga program tambahan yang ditawarkan sering kali tidak murah.
Karena itu, memilih sekolah anak bukan hanya soal hari ini, tapi soal kesiapan orang tua berinvestasi jangka panjang. Ini bukan berarti harus memilih sekolah mahal, tapi sekolah yang sejalan dengan nilai dan tujuan hidup keluarga. Biaya besar bisa menjadi wajar bila sebanding dengan hasil yang diperoleh anak di masa depan.
Banyak sekolah alternatif dengan konsep progresif yang lebih terjangkau, namun tetap memberikan pembelajaran nilai hidup dan keterampilan penting. Yang terpenting, orang tua harus aktif mencari informasi dan menyesuaikannya dengan karakter anak serta kondisi keuangan keluarga.
Membiarkan pilihan sekolah berjalan begitu saja tanpa pertimbangan serius bisa jadi kerugian besar di masa depan. Karena seperti yang ditegaskan Rista, “Sekolah bisa menjadi titik awal masa depan anak.”
Maka pastikan pilihan yang diambil bukan hanya realistis secara biaya, tapi juga strategis untuk masa depan finansial anak.
Baca Juga: Mengenal Jenis Pinjaman Dana Pendidikan untuk Investasi Masa Depan
(*)