Sekolah Anak dan Masa Depan Finansial, Investasi Jangka Panjang yang Sering Diabaikan

Arintha Widya - Senin, 30 Juni 2025
Kaitan antara sekolah anak dengan masa depan finansialnya.
Kaitan antara sekolah anak dengan masa depan finansialnya. Kobus Louw

Parapuan.co - Kawan Puan, bisa jadi banyak orang tua masih menganggap bahwa memilih sekolah anak cukup disesuaikan dengan lokasi, biaya, atau kurikulum. Namun, menurut perencana keuangan Rista Zwestika, keputusan memilih sekolah anak jauh lebih besar dari sekadar urusan akademik. “Sekolah bukan sekadar tempat belajar, tapi bisa menjadi titik awal masa depan anakmu,” tulis Rista di Instagramnya.

Di sekolah, anak mulai mengenal dunia di luar rumah dan keluarga. Di sinilah mereka pertama kali belajar tentang relasi sosial, tanggung jawab, dan cara menyikapi perbedaan. Tidak seperti pembelajaran di rumah yang sifatnya lebih personal dan dilindungi, sekolah memberikan pengalaman langsung tentang bagaimana dunia bekerja.

Meski sekolah tidak bisa menjamin pembentukan nilai dan kebiasaan yang ideal, lingkungan sekolah tetap memberikan pengaruh yang besar pada masa depan anak, termasuk terkait finansialnya kelak.

“Kurang lebihnya dari sekolah anak-anak turut membawa apa yang mereka lihat dan pelajari ke dalam kehidupan mereka,” kata Rista. Artinya, baik atau buruknya lingkungan sekolah akan melekat dalam cara anak menjalani hidup.

Pengaruh itu mencakup hal yang lebih besar dari pelajaran di kelas—yakni impian, tanggung jawab, dan pandangan anak terhadap uang. Rista menambahkan bahwa lingkungan sekolah bisa menentukan seberapa jauh seorang anak berani bermimpi, mau berjuang, dan belajar mengatur hidupnya sendiri. Semua ini berkaitan erat dengan masa depan finansial mereka.

Salah satu aspek yang tak bisa diabaikan adalah peran teman sebaya di sekolah. Seiring bertambahnya usia, anak-anak lebih banyak belajar dari teman dibanding orang tua. Di sinilah “circle” pergaulan mereka berperan besar dalam membentuk pola pikir. “Anak yang tumbuh di circle gemar menabung dan berusaha akan cenderung mandiri secara finansial,” papar Rista lagi.

Sebaliknya, lingkungan yang konsumtif dan pasif dapat memicu anak untuk mengikuti gaya hidup tanpa arah. Mereka mudah terbawa arus tren tanpa memahami konsekuensinya. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini bisa menyulitkan mereka mencapai kestabilan keuangan dan hidup yang terencana.

Penelitian dari Harvard yang dikutip Rista menguatkan hal ini. Studi Chetty tahun 2016 menyimpulkan bahwa lingkungan sosial dan pendidikan masa kecil punya korelasi kuat dengan kondisi ekonomi seseorang saat dewasa. Anak-anak dari lingkungan yang mendukung berkembang lebih stabil secara finansial saat besar nanti.

Sekolah yang baik adalah investasi masa depan. “Anak terbiasa diberi literasi keuangan, tumbuh dalam budaya produktif, dan diajarkan menunda kesenangan,” jelas Rista. Nilai-nilai ini menjadi bekal utama untuk mencapai kemandirian finansial di masa depan. Artinya, sekolah memberi lebih dari sekadar ijazah.

Baca Juga: Loud Budgeting, Cara Baru Orang Tua Mengajarkan Anak tentang Uang Sejak Dini

Sumber: Instagram
Penulis:
Editor: Arintha Widya