Ahli Sebut Kekerasan Fisik Bisa Bermula dari Teknologi, Simak!

Kinanti Nuke Mahardini - Kamis, 26 Juni 2025
Pulse Talk membahas tentang ruang aman digital bagi perempuan
Pulse Talk membahas tentang ruang aman digital bagi perempuan PARAPUAN / Kinanti

Parapuan.co - Teknologi dan perangkat digital yang berkembang pesat telah mengubah masyarakat secara signifikan, ini menciptakan peluang baru bagi perempuan. 

Perempuan bisa bersuara di ruang publik melalui teknologi yang ada, sehingga kemajuan menuju kesetaraan gender bisa terwujud. Sayangnya, ada harga mahal yang harus dibayar dari kemajuan teknologi. 

Platform tempat bersuara justru seringnya menjadi ruang kekerasan terhadap perempuan, anak perempuan, dan kelompok terpinggirkan. 

Direktur Eskekutif SAFEnet, Nenden Sekar Arum dalam acara Pulse Talk edisi ketiga menjabarkan tentang bagaimana kekerasan fisik terjadi karena berasal dari teknologi atau ruang digital. 

Sebagai informasi, Pulse Talk merupakan acara di bawah inisiatif UN Global Pulse Asia-Pasifik. Diselenggarakan di Jakarta Pusat, acara ini mengangkat tema penting, yakni 'Menciptakan Ruang Daring yang Aman dan Lebih Jauh: Menangani Kekerasan Daring terhadap Perempuan dan Anak Perempuan'.

Pulse Talk tidak hanya diselenggarakan oleh UN Global Pulse, tetapi juga UNOPS Indonesia, UN Women Indonesia, dan Badan Perencanaan Pembangunan (Bappenas). 

Dalam acara ini, dibahas tentang dinamika kekerasan daring terhadap perempuan dan anak perempuan, juga mengeksplorasi cara untuk mencegahnya.

Selain itu, diangkat juga topik tentang bagaimana mengembangkan strategi untuk membina lingkungan digital aman dan inklusif yang menjunjung tinggi hak, keselamatan, dan martabat semua pengguna, khususnya mereka yang paling berisiko.

Dr. Agung Indrajit selaku Kepala Pusat Data dan Informasi untuk Perencanaan Pembangunan di Bappenas, menekankan pentingnya dialog inklusif dalam mengatasi tantangan kebijakan modern.

Baca Juga: KemenPPPA Tegaskan Pesantren Harus Bebas dari Segala Tindak Kekerasan

"Saat kita mengeksplorasi manfaat teknologi digital, sama pentingnya untuk mengakui konsekuensi yang tidak diinginkan. Kami memiliki sikap yang jelas tentang kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan, dalam agenda jangka menengah dan jangka panjang kami, dan kami berkomitmen kuat untuk mengurangi prevalensinya di Indonesia," ujarnya. 

Kekerasan Fisik dari Ruang Digital

Dalam acara tersebut, Nenden menjabarkan bagaimana teknologi bisa berkontribusi pada kekerasan yang dialami perempuan.

Ia menyebutkan berbagai jenis kekerasan di ruang digital yang mungkin dialami perempuan, salah satunya cyber stalking, pintu masuk kekerasan fisik di dunia nyata.

"Pada dasarnya, ada 100 bentuk kekerasan di ruang digital, tetapi ada 5 bentuk yang paling umum terjadi, termasuk doxing. Ada juga cyber stalking, cyber bullying, ini semua harus diwaspadai," ujar Nenden. 

Nenden kemudian menjabarkan kalau Kekerasan Berbasis Gender Online dimulai dari teknologi yang disalahgunakan. 

Menurutnya, "Pola selalu dimulai dari teknologi yang disalahgunakan. Misalnya melalui jejak digital korban seperti foto bagaimana disalahgunakan oleh teknologi. AI generate konten yang tidak senonoh kemudian disebar ke deep fake." 

Pada akhirnya, digital behaviour dari korban biasanya diamati oleh pelaku.

"Sebagai contoh, seorang perempuan menggunggah fotonya di MRT, pelaku yang melakukan cyber stalking bisa mengamati korbannya naik dari stasiun mana dan jam berapa. Pada akhirnya, ini menjadi kekerasan fisik yang bermula dari ruang digital," pungkas Nenden.

Baca Juga: Antisipasi Kekerasan Seksual, Ini Tips Ajarkan Sentuhan Boleh dan Tidak Boleh pada Anak

(*)