Parapuan.co - Kasus kekerasan pada perempuan masih menjadi masalah yang perlu ditangani bersama. Situasi ini bukan hanya meninggalkan luka fisik pada korbannya, tapi juga luka batin, psikologis, hingga sosial.
Lebih parahnya, meskipun banyak kampanye dan gerakan yang sudah dilakukan di berbagai belahan dunia, kekerasan berbasis gender tetap menjadi isu global yang mendesak untuk segera diakhiri.
Kekerasan pada perempuan yang masih terus terjadi seakan memperkuat ketidaksetaraan gender, menghancurkan struktur sosial, dan memperlambat kemajuan masyarakat secara keseluruhan.
Menyedihkannya lagi, banyak perempuan yang merasa tidak punya pilihan selain diam karena tekanan sosial, kurangnya perlindungan hukum, atau rasa takut akan stigma.
Oleh karena itu, perjuangan untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan bukan hanya tugas lembaga atau aktivis hak asasi manusia, tetapi adalah tanggung jawab kolektif, termasuk diri kita.
Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk membantu mengakhiri kekerasan pada perempuan? Merujuk dari laman UN Women, berikut ulasan lengkapnya.
1. Pahami Bentuk Kekerasan
Langkah pertama untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan adalah dengan memahami bahwa kekerasan itu tidak hanya berbentuk fisik. Kekerasan terhadap perempuan meliputi kekerasan fisik, seksual, psikologis, ekonomi, serta kekerasan berbasis daring (online).
Kamu perlu mengenali bahwa kekerasan emosional seperti mengontrol pasangan, merendahkan secara verbal, mengisolasi dari teman dan keluarga, hingga mengejek melalui media sosial juga termasuk bentuk kekerasan serius. Apabila mengenali bentuk-bentuk ini, Kawan Puan bisa menjadi lebih peka terhadap situasi di sekitar.
Baca Juga: Studi Soal Respon terhadap Perempuan Pelaku Kekerasan, Antara Pandangan dan Penghakiman
2. Percaya dan Dukung Korban dengan Empati
Ketika seseorang membuka diri dan menceritakan pengalaman kekerasan yang mereka alami, hal paling penting adalah percaya pada cerita mereka.
Banyak korban kekerasan yang mengalami trauma lebih dalam karena tidak dipercaya atau disalahkan. Untuk itu, dengarkan mereka dengan penuh empati, jangan menyela atau menghakimi. Selain itu, jangan pernah menanyakan pertanyaan yang menyudutkan seperti "Kenapa kamu tidak pergi sejak awal?".
Memberikan dukungan emosional yang aman dan tidak menghakimi bisa menjadi langkah awal pemulihan luar biasa bagi korban.
3. Laporkan dan Bantu Korban Mendapat Bantuan
Jika kamu mengetahui seseorang yang mengalami kekerasan, bantu mereka untuk mengakses layanan bantuan seperti konseling, rumah aman, atau bantuan hukum. Kamu juga bisa melaporkan kekerasan kepada pihak berwenang, terutama jika korban berada dalam bahaya langsung.
Banyak negara, termasuk Indonesia, memiliki hotline dan pusat layanan terpadu yang bisa dihubungi oleh siapa saja. Misalnya, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak yang menyediakan layanan pengaduan melalui SAPA 129 atau WhatsApp ke nomor 08111129129.
Ajak korban secara perlahan, tanpa memaksa, untuk mengakses dukungan profesional agar mereka tidak merasa sendirian dalam menghadapi situasi tersebut.
Baca Juga: Stigma terhadap Korban Kekerasan Seksual di Daerah Konflik, Luka yang Tak Terlihat
4. Dukung Organsisasi dan Komunitas yang Bergerak di Isu Perempuan
Kamu bisa memberikan kontribusi nyata dengan mendukung organisasi non-profit dan komunitas lokal yang fokus pada pemberdayaan perempuan juga perlindungan korban kekerasan.
Dukungan ini bisa berupa donasi, menjadi sukarelawan, atau membantu menyebarluaskan kegiatan mereka.
Kolaborasi dengan masyarakat sipil sangat krusial dalam menciptakan ekosistem yang responsif terhadap korban serta mempengaruhi kebijakan pemerintah agar lebih berpihak kepada perempuan.
5. Mengajarkan Tentang Kesetaraan pada Anak Sejak Dini
Mengakhiri kekerasan terhadap perempuan harus dimulai dari pendidikan dan pola asuh. Ajarkan kepada anak-anak bahwa tidak ada superioritas berdasarkan gender.
Tanamkan nilai-nilai saling menghormati, pengendalian emosi, dan komunikasi sehat. Ketika anak laki-laki tumbuh tanpa meyakini bahwa kekerasan adalah bentuk dominasi yang normal, mereka akan tumbuh menjadi generasi yang lebih adil dan setara.
Baca Juga: Hari Penghapusan Kekerasan Seksual dalam Konflik, Langkah Memutus Siklus Kekejaman
(*)