Peran Perempuan dalam Upaya Pilah Sampah, Pilar Perubahan Lingkungan

Saras Bening Sumunar - Selasa, 24 Juni 2025
Peran perempuan dalam upaya pilah sampah.
Peran perempuan dalam upaya pilah sampah. chanakon laorob

Parapuan.co - Dalam era modern, peningkatan konsumsi dan produksi limbah menjadi semakin masif. Pada akhirnya, persoalan sampah menjadi isu krusial yang tak bisa lagi dipandang sebelah mata.

Setiap harinya, jutaan ton sampah diproduksi di seluruh dunia, dan sebagian besar dari limbah tersebut berakhir di tempat pembuangan akhir tanpa melalui proses pemilahan yang memadai.

Padahal, pemilahan sampah sejak dari sumbernya merupakan langkah pertama yang paling penting dalam menciptakan sistem pengelolaan sampah efektif dan berkelanjutan.

Di tengah tantangan tersebut, siapa sangka perempuan ternyata memiliki andil dan kontribusi yang luar biasa dalam upaya pilah sampah. Perempuan, baik sebagai ibu rumah tangga, pelaku UMKM, pegiat komunitas, hingga profesional di bidang lingkungan, memiliki potensi luar biasa dalam membentuk budaya pilah sampah.

Melalui tanggung jawab besar dalam pengelolaan rumah tangga dan pendidikan anak, perempuan menjadi aktor utama sekaligus penentu bagaimana sampah dikelola di tingkat keluarga.

Lebih jauh lagi, keterlibatan perempuan dalam berbagai gerakan lingkungan, baik formal maupun informal, menunjukkan bahwa mereka bukan sekadar bagian dari solusi, melainkan juga motor penggerak perubahan.

Fei Febri, Founder & CEO PT. Inovasi Gerakan Masyarakat (INGRAM) mengatakan bahwa perempuan memiliki andil yang sangat besar dalam upaya pilah sampah. Bahkan, dalam komunitas yang ia bina, sekitar 70 persen anggotanya adalah perempuan.

Angka ini bukan hanya sekadar statistik, melainkan cerminan nyata dari bagaimana perempuan mengambil bagian aktif dalam gerakan lingkungan, khususnya yang berfokus pada pengelolaan sampah.

Hal ini sejalan dengan realitas di banyak rumah tangga Indonesia, di mana perempuan, terutama ibu, memiliki peran sebagai pengambil keputusan utama dalam hal konsumsi dan pengelolaan limbah rumah tangga.

Baca Juga: Cara Membuat Kompos Organik agar Perempuan Bisa Atasi Masalah Sampah Rumah Tangga

"Seberapa besar peran perempuan, buat saya itu sangat-sangat besar. Malah 70 persen di komunitas yang kamu bina itu perempuan. Di banyak rumah tangga, perempuan itu decision maker," ujar Fei Febri dalam wawancara online bersama PARAPUAN.

Kamu mungkin menyadari bahwa keputusan-keputusan penting yang berkaitan dengan kebiasaan rumah, seperti bagaimana sampah harus diperlakukan, lebih sering ditentukan oleh ibu di rumah.

Apabila seorang ibu memutuskan bahwa sampah cukup dikumpulkan dalam satu wadah lalu diletakkan di depan rumah untuk diambil petugas, maka bisa dipastikan seluruh anggota keluarga akan mengikuti instruksi tersebut tanpa banyak bertanya.

Namun, ketika ibu mengambil peran lebih besar dengan menetapkan aturan bahwa sampah harus dipilah berdasarkan jenisnya, seperti organik dan anorganik, lalu dikomposkan atau disetorkan ke bank sampah, maka keputusan itu menjadi regulasi rumah tangga yang berpengaruh langsung pada perilaku seluruh anggota keluarga.

Inilah yang dimaksud dengan kekuatan dan kendali perempuan. Ketika perempuan memutuskan untuk terlibat dalam proses pemilahan sampah dan mendorong keluarganya melakukan hal serupa, maka mereka tidak hanya sekadar menjalankan peran domestik, tetapi juga bertransformasi menjadi agen perubahan lingkungan.

Mereka menjadi aktor penting dalam menciptakan rumah tangga yang sadar lingkungan. Pada akhirnya, itu membawa dampak besar bagi komunitas secara keseluruhan.

"Kalau ibunya bilang, 'udah kumpulin aja taruh di depan' pasti akan ditaruh di depan. Tapi kalau ibu mengambil keputusan, membuat aturan ini sampah harus dipilah, dikompos, mau disetorakan ke bank sampah, itu ibu punya kendali dan punya power untuk menentukan itu," jelas Fei Febri.

Tidak hanya dalam keluarga, bahkan di tim kerja Fei Febri sendiri, komposisi anggotanya juga mencerminkan dominasi perempuan, dengan 70 persen tim terdiri dari perempuan.

Hal ini memperkuat pengamatan bahwa perempuan memiliki pengaruh signifikan dalam gerakan perubahan, terutama dalam isu-isu yang berkaitan dengan keberlanjutan dan pengelolaan sumber daya rumah tangga secara bertanggung jawab.

"Dan tim kami sendiri pun 70 persen itu perempuan. Saya melihat perempuan ini punya pengaruh yang sangat luar biasa dalam upaya perubahan," pungkasnya.

Baca Juga: Limbah Kosmetik Rusak Lingkungan, Brand Korea Ini Bersih-Bersih Sampah

(*)