Parapuan.co - Di era digital yang serba cepat, pertanyaan seperti "Seberapa sering harus mencuci sweater anak balita?", "Apa resep muffin tanpa gula yang enak?", atau bahkan "Apa bedanya pteranodon dan pterosaurus?" bisa dijawab hanya dalam hitungan detik berkat kehadiran kecerdasan buatan (AI). Bagi sebagian orang tua, terutama generasi milenial dan Z, chatbot seperti ChatGPT kini menjadi bagian dari "wilayah pengasuhan" digital mereka.
Menurut survei tahun 2024 seperti dikutip dari Parents, sekitar 71% orang tua telah menggunakan ChatGPT, dan lebih dari setengahnya menggunakannya untuk keperluan pengasuhan, mulai dari strategi tidur anak hingga mencari aktivitas kreatif. Namun, apakah penggunaan AI benar-benar membantu atau justru berisiko jika digunakan tanpa bijak?
AI sebagai Teman Seperjalanan Orang Tua Masa Kini
Salah satu keunggulan utama AI adalah kemampuannya memberikan jawaban cepat kapan pun dibutuhkan. Hal ini sangat membantu orang tua baru yang sering dihadapkan pada segudang pertanyaan sehari-hari seputar pola makan, tidur, atau perkembangan anak.
“Orang tua sering beralih ke AI saat menghadapi situasi penuh tekanan, seperti ‘anak saya tidak mau tidur’ atau ‘anak saya susah berangkat sekolah pagi-pagi',” ujar Claudia Hoetzel, pelatih pengasuhan anak sekaligus pendidik usia dini.
Dr. Sophie Pierce, psikolog anak dan remaja, menambahkan bahwa AI bisa membantu orang tua memahami perilaku anak, mencermati catatan dari dokter anak, hingga menyusun rutinitas yang lebih baik.
“Bahkan ketika orang tua tahu strategi yang seharusnya digunakan, rasa lelah bisa membuat mereka kesulitan menerapkannya. Di saat seperti itu, chatbot bisa membantu membuka jalan kembali untuk menyelesaikan masalah,” jelasnya.
Lebih dari Sekadar Jawaban Instan
Tak hanya sebagai sumber informasi, AI kini juga hadir dalam bentuk aplikasi khusus seperti Parent GPT, Familymind, dan Milo yang menyediakan fitur manajemen keluarga, jadwal harian, hingga saran kesehatan mental.
Baca Juga: Ibu Bekerja Kerap Menghadapi Tantangan dalam Pengasuhan Anak
Yoky Matsuoka, CEO Panasonic Well dan ibu dari empat anak, mengaku sering menggunakan chatbot untuk menyusun catatan untuk guru anak-anaknya, merencanakan liburan, dan bahkan sekadar diingatkan untuk beristirahat.
“Saat saya merasa stres sebagai orang tua sekaligus anak dari orang tua lansia, AI membantu mengingatkan saya pentingnya olahraga atau meditasi. Saya tahu itu, tapi kadang lupa karena terlalu sibuk,” ungkap Matsuoka.
Penggunaan AI dalam Mengasuh Anak Tetap Ada Batasannya
Meski terdengar seperti asisten super, para ahli menekankan pentingnya batas dalam penggunaan AI untuk pengasuhan. Dr. Nicholas C. Jacobson, psikolog komputasi dari Dartmouth College, mengingatkan, “Model AI umum tidak dilatih berdasarkan ilmu pengasuhan yang tervalidasi. Jawaban yang diberikan bisa sangat umum, salah, atau bahkan mencerminkan bias dari internet.”
Ia menekankan bahwa AI tidak mengenal anak Anda, latar belakang keluarga, atau konteks budaya yang penting. “AI tidak bisa menggantikan penilaian klinis seorang dokter atau pengetahuan intuitif yang dimiliki orang tua,” tambahnya.
Lebih jauh, Dr. Pierce memperingatkan bahwa terlalu bergantung pada AI bisa memperburuk rasa cemas dan rasa tidak percaya diri dalam diri orang tua, apalagi jika saran yang diberikan bertentangan dengan intuisi atau budaya keluarga.
Gunakan AI sebagai Mitra, Bukan Pengganti
Para pakar sepakat: AI dapat menjadi alat bantu yang bermanfaat, asalkan digunakan secara bijak. “Gunakan AI sebagai mitra brainstorming, bukan sebagai pakar,” saran Dr. Jacobson. “Jadikan jawabannya sebagai ide awal, tapi tetap saring dengan akal sehat dan pengetahuan tentang anak Anda.”
Hoetzel pun menegaskan, “Chatbot bisa membantu orang tua ketika mental dan waktu sedang terbatas. Tapi itu hanya titik awal. Pengalaman, intuisi, dan dukungan nyata tetap yang utama.”
Baca Juga: Onad Tak Antar-Jemput Anak, Ini Dampak Buruk Minimnya Peran Ayah dalam Pengasuhan
Jangan lupakan aspek privasi. Dr. Jacobson mengingatkan agar tidak sembarangan membagikan informasi sensitif keluarga jika tidak benar-benar yakin keamanannya.
Menuju Masa Depan Pengasuhan yang Terintegrasi
Penggunaan AI dalam pengasuhan anak merupakan peluang besar, terutama dalam membantu orang tua yang merasa kewalahan di tengah tuntutan hidup modern. Namun, seperti semua alat teknologi, dampaknya tergantung pada cara penggunaannya.
“Teknologinya berkembang sangat cepat. Kita butuh sains untuk mengejar agar kita bisa memahami dampaknya dan membangun sistem pengaman yang tepat,” pungkas Dr. Jacobson.
Dengan pendekatan yang seimbang dan kritis, AI bisa menjadi pelengkap dalam perjalanan panjang yang kompleks dan indah bernama pengasuhan anak.
(*)