Siti Nadia menjelaskan, vaksinasi HPV merupakan satu-satunya intervensi yang bisa mengeliminasi kanker serviks secara nyata. HPV sendiri sering kali tidak menimbulkan gejala dan hanya muncul dalam bentuk kutil di kulit atau organ genital—yang kerap tak disadari. Ini meningkatkan risiko penularan tanpa sepengetahuan pasangan.
"Kita tidak bisa tahu kapan infeksi virus ini terjadi, dan HPV sering kali hanya muncul sebagai kutil yang kadang tidak kita sadari, baik itu di kulit atau di organ kemaluan, pada pria maupun wanita," sebut Nadia.
Selain kanker serviks, HPV juga dapat memicu kutil kelamin dan berbagai jenis kanker lain seperti kanker anus, penis, hingga kanker mulut dan tenggorokan (orofaring) pada pria.
Kenapa Bukan Sekarang?
Meski urgensinya tinggi, program vaksinasi gratis untuk perempuan usia 20 tahun ke atas baru dijadwalkan terlaksana pada 2027. Kemenkes tampaknya tengah fokus pada tahap awal eliminasi dengan mengamankan cakupan imunisasi HPV pada anak-anak sebelum usia 15 tahun, salah satu dari tiga target utama eliminasi kanker serviks:
- 90 persen anak perempuan dan laki-laki mendapat vaksin HPV sebelum usia 15 tahun.
- 75 persen perempuan usia 30–69 tahun menjalani skrining DNA HPV.
- 90 persen perempuan dengan lesi pra-kanker atau kanker invasif mendapatkan pengobatan yang tepat.
Namun, di tengah tingginya angka kematian dan risiko penularan yang tinggi melalui hubungan seksual, publik mempertanyakan: Kenapa tidak dimulai lebih cepat untuk perempuan dewasa, yang justru berisiko lebih besar?
Cakupan Strategi yang Lebih Luas
Di luar vaksinasi, Kemenkes telah menerapkan strategi komprehensif yang mencakup skrining dan pengobatan dini. Salah satunya melalui program Cek Kesehatan Gratis (CKG), yang juga memfasilitasi deteksi kanker serviks dan kanker payudara.
Meski langkah pemerintah patut diapresiasi, percepatan akses vaksin HPV untuk perempuan dewasa tetap menjadi harapan. Mengingat HPV bisa menyerang siapa saja dan eliminasi kanker serviks hanya mungkin jika proteksi bersifat menyeluruh—maka menunggu hingga 2027 mungkin terasa terlalu lama bagi sebagian kelompok rentan.
Semoga bisa terlaksana lebih cepat, ya.
Baca Juga: Data Dunia, Cakupan Vaksin HPV Meningkat Namun Imunisasi Anak Mandek
(*)