Sosok Perempuan Inspiratif di Balik Bisnis Pengolahan Sampah INGRAM

Saras Bening Sumunar - Senin, 23 Juni 2025
Sosok perempuan inspiratif di balik bisnis pengolahan sampah, INGRAM.
Sosok perempuan inspiratif di balik bisnis pengolahan sampah, INGRAM. Instagram/feifebri

"Pada saat mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan sampah, pemilahan sampah, ternyata itu berat sekali. Padahal, saya melihat ada potensi besar apabila kita memilah dan mengelola sampah dengan baik" ujar Founder & CEO PT. Inovasi Gerakan Masyarakat (INGRAM) dalam wawancara online bersama PARAPUAN pada Selasa (17/6/2025).

Sistem Terintegrasi dari Rumah ke Industri Daur Ulang

Lewat INGRAM, Fei berusaha membangun ekosistem pengelolaan sampah yang menyatu dari hulu ke hilir melalui beberapa cara, seperti edukasi pada masyarakat hingga memilah sampah yang bisa didaur ulang dan bermanfaat kembali.

"Nah, kami mengedukasi masyarakat supaya pilih sampah juga mengintegrasikannya dengan teknologi-teknologi pengelolaan sampah," ujar Fei Febri.

"Ujungnya, kita bisa menghasilkan produk yang bermanfaat dan digunakan kembali," imbuhnya. Bisa diartikan bahwa, INGRAM memberikan pelatihan dan kampanye tentang pemilahan sampah dari sumbernya, seperti rumah tangga, sekolah, hingga komunitas.

Sampah yang sudah dipilah bisa disalurkan ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS), Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST), Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip Reduce, Reuse, Recycle, juga bank sampah.

Pemilahan yang lebih detail akan membuat pengolahan lebih efisien. Sampah organik diolah menjadi kompos menggunakan teknologi maggot farm dan biogas. Sedangkan, sampah anorganik disalurkan ke industri daur ulang, dan residu yang tak bisa didaur ulang diolah dengan teknologi ramah lingkungan seperti RDF (Refused Derived Fuel).

Sejak berdiri, INGRAM telah berhasil mengelola lebih dari 9.700.000 kilogram atau setara dengan 9.700 ton sampah dari berbagai kota.

Walaupun jumlah ini masih kecil jika dibandingkan total sampah harian secara nasional, Fei percaya angka ini akan terus bertambah seiring bertambahnya mitra, wilayah, dan dukungan masyarakat.

"Sejak berdiri, kami telah mengurangi, mendahul ulang, dan juga mengolah atau memproses sekitar 9.700.000 kilogram. Ini setara dengan 9.700 ton sampah. Angka ini memang masih kecil kalau dibanding dengan sampah yang dihasilkan setiap harinya. Tapi kami percaya angka ini akan terus bertambah, seiring bambahnya mitra, program, dan wilayah kerja kami," jelas Fei.

Bangga Jadi Tukang Sampah

"Saya seringkali memanggil diri saya ini tukang sampah sebagai profesi. Dan saya bangga karena misalnya se-Indonesia enggak ada yang menjadi tukang sampah. Terus siapa yang mengurus sampah kita?," jelasnya.

Menurut Fei, tukang sampah merupakan profesi yang mulia. Dalam pandangannya, jika seluruh masyarakat Indonesia tidak ada yang bersedia menjalani profesi tersebut, maka akan terjadi krisis lingkungan yang sangat serius karena tidak ada pengelola sampah kita semua.

Ungkapan tersebut menjadi refleksi tentang pentingnya menghormati pekerjaan yang selama ini kerap dipandang rendah oleh sebagian masyarakat.

Baca Juga: Ini 3 Perempuan Inspiratif Menurut Wamendikti Stella Christie

(*)