Mengapa Banyak Perempuan Jadi Korban Ghosting? Jawabannya Kompleks

Arintha Widya - Rabu, 28 Mei 2025
Penyebab banyak orang kena ghosting.
Penyebab banyak orang kena ghosting. Enes Evren

Sayangnya, love bombing adalah salah satu ciri klasik dari seseorang dengan gaya keterikatan penghindar. Mereka menunjukkan perhatian dan kasih sayang di awal, lalu menghilang begitu hubungan mulai serius.

Tentu tidak semua laki-laki seperti ini, namun ketika dunia kencan modern dipenuhi oleh hubungan tanpa status, sinyal ambigu, dan ketidakjelasan, perempuan jadi lebih rentan merasa “digantung” dan ditinggalkan begitu saja.

3. Sosial Media dan Standar Ganda Menambah Tekanan

Media sosial memberi banyak orang pilihan tak terbatas, di mana selalu ada yang “lebih menarik”, “lebih seru”, atau “lebih sempurna”. Dalam dunia seperti ini, mencari pasangan yang mau benar-benar berkomitmen dan melihat seseorang secara utuh menjadi lebih sulit.

Tekanan ini tidak hanya dirasakan oleh perempuan, tapi dampaknya pada perempuan sering kali lebih berat karena mereka dibesarkan untuk percaya pada cinta romantis dan komitmen jangka panjang, sementara sistem sosial mendorong laki-laki untuk "mengejar" tanpa perlu bertanggung jawab setelahnya.

4. Ghosting Adalah Bentuk Penghindaran Emosi

Menurut Thais Gibson, pakar attachment style, gaya keterikatan penghindar terbentuk sejak usia 0–2 tahun, ketika anak dibesarkan oleh pengasuh yang emosionalnya jauh atau kerap mengabaikan perasaan anak. Akibatnya, mereka tumbuh dengan keyakinan bahwa menunjukkan emosi itu tidak aman atau tidak efektif.

Ketika menghadapi situasi di mana pasangannya mulai menuntut kejelasan atau hubungan mulai masuk ke tahap yang lebih emosional, mereka justru panik dan memilih “kabur”. Bukan karena tidak tertarik, tapi karena tidak tahu bagaimana menghadapi kedekatan itu.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Baca Juga: Tips untuk Perempuan Memulai Percakapan di Aplikasi Kencan Online

Bagi perempuan yang berkali-kali menjadi korban ghosting, penting untuk menyadari bahwa ini bukan tentang “kamu kurang menarik” atau “kamu terlalu berharap”. Ini sering kali soal ketidakmampuan orang lain dalam mengelola kedekatan emosional.

Namun, bukan berarti perempuan tidak bisa melakukan apa-apa. Belajar mengenali tanda-tanda awal seseorang dengan gaya keterikatan penghindar, seperti terlalu intens di awal lalu cepat menjauh, enggan bicara soal masa depan, atau hanya hadir ketika nyaman bagi mereka, bisa membantu menghindari pola yang berulang.

Selain itu, membangun batasan yang sehat, berani menuntut kejelasan, dan memproses pengalaman ini dengan bantuan profesional seperti terapis bisa jadi langkah penting untuk menyembuhkan luka dan membangun kepercayaan diri kembali.

(*)

Sumber: The Every Girl
Penulis:
Editor: Arintha Widya