Karakter Yelena Belova di Thunderbolts, Perjuangan Perempuan Sembuh dari Luka

Arintha Widya - Senin, 26 Mei 2025
Karakter perempuan Florence Pugh di filmThunderbolts sebagai Black Widow
Karakter perempuan Florence Pugh di filmThunderbolts sebagai Black Widow Marvel Studios

Parapuan.co - Kawan Puan sudah menyaksikan film Thunderbolts? Kamu yang sudah menonton mungkin tahu bahwa film Marvel Cinematic Universe (MCU) ini tidak hanya mengangkat tema superhero dan aksi laga. Ada diselipkan tentang isu kesehatan mental di dalamnya, salah satunya seperti dirasakan oleh karakter perempuan Yelena Belova (Black Widow) yang diperankan oleh Florence Pugh.

Dalam film Thunderbolts, Yelena bukan lagi sekadar agen Black Widow tangguh. Ia juga merupakan potret nyata seseorang, terutama perempuan yang bergulat dengan luka batin, kesepian, dan pencarian jati diri.

Hal tersebut diungkap sendiri oleh sang pemeran, Florence Pugh dalam wawancaranya dengan Variety sebagaimana dirangkum PARAPUAN di bawah ini!

Karakter Yelena yang Tangguh, Rawan, dan Penuh Kasih

Meski dikenal sebagai tentara bayaran yang mematikan, Yelena Belova ditampilkan sebagai sosok yang sangat empatik di Thunderbolts. Florence Pugh menggambarkan karakternya sebagai seseorang yang tetap ingin menolong meski dirinya sendiri terluka.

"Salah satu hal yang saya sukai dari Yelena adalah dia selalu mencoba membantu orang yang mungkin tidak sekuat dia, atau yang butuh kasih sayang. Dia melakukannya pada Kate Bishop, pada Bob, dia menyelamatkan hamster, dia mengadopsi Fanny Longbottom," ujar Florence Pugh. "Meskipun dia sedang mengalami trauma dalam film ini, sisi penyayangnya tetap ada."

Film ini menunjukkan sisi manusiawi Yelena dengan jelas, terutama ketika dia mulai menyadari bahwa memendam rasa sakit bukanlah solusi. Di salah satu adegan paling emosional, Yelena dan ayah angkatnya, Red Guardian (diperankan David Harbour), akhirnya menghadapi rasa kehilangan mereka terhadap Natasha Romanoff, saudari Yelena sekaligus Black Widow sebelumnya.

“Naskah awal tidak mencantumkan soal Natasha; hanya soal mereka yang saling menyebalkan,” kenang Pugh. “Tapi kami tahu, mereka harus membicarakan gajah di ruangan itu. Mereka perlu berteriak satu sama lain. Mereka belum pernah berkomunikasi, dan kesedihan terkadang membuat orang terjebak dalam lubang yang menyakitkan dan memalukan.”

Adegan tersebut akhirnya menjadi momen katarsis antara ayah dan anak, penuh emosi dan kasih yang tertunda. "Pada akhirnya, mereka hanya perlu berpelukan," kata Florence Pugh.

Baca Juga: 3 Fakta Menarik Film The Marvels, Kisah Superhero Perempuan di MCU

Film Tentang Rasa Sakit dan Pengampunan

Yang membedakan Thunderbolts dari film Marvel lainnya adalah keberaniannya untuk membahas tema-tema berat seperti depresi. Film ini adalah tentang tim antihero yang harus menghadapi sisi tergelap dalam diri mereka, dari Yelena hingga Winter Soldier, Red Guardian, Ghost, Taskmaster, dan John Walker.

"Film ini akan membantu banyak orang. Pesan utamanya adalah kita harus saling hadir, saling terbuka, dan saling terhubung," ungkap Florence Pugh. "Menurut saya, itu adalah film yang mengesankan, bahkan jika ini bukan film Marvel. Tapi ini adalah film Marvel yang akan ditonton ribuan orang."

Masa Depan Yelena di MCU

Dengan semua yang telah dilalui karakternya, Florence Pugh berharap masa depan Yelena akan lebih cerah, terutama menjelang keterlibatannya dalam film besar Avengers: Doomsday.

"Saya berharap dia sekarang bahagia. Saya berharap dia merasa terpenuhi dan punya tujuan," ucap Pugh. "Dan saya berharap kita bisa melihat lagi sisi cerah, humor, dan warna dalam dirinya, karena saya sangat menyukai saat memerankannya."

Florence Pugh bukan hanya menjadikan Yelena Belova sosok tangguh dan ikonik di MCU, tapi juga menjadikan karakter ini manusiawi dan mudah dicintai.

Ia bukan hanya pahlawan, tapi seseorang yang juga sedang belajar mencintai diri sendiri. Barangkali, banyak perempuan yang bisa belajar dari karakter Yelena Belove ini.

Baca Juga: Thunderbolts dan Babak Baru Kesetaraan Gender di Marvel Cinematic Universe

(*)

Sumber: Variety
Penulis:
Editor: Arintha Widya