Parapuan.co - Jika bisa dianalogikan, salah satu prinsip dasar dalam dunia investasi adalah tidak menaruh semua telur dalam satu keranjang. Hal ini dikenal dengan diversifikasi, sebuah strategi menyebarkan dana ke berbagai jenis aset agar risiko kerugian dapat diminimalkan dan peluang keuntungan lebih merata.
Dalam praktiknya, diversifikasi merupakan pendekatan yang sangat penting untuk melindungi nilai investasi dalam jangka panjang. Pertanyaannya, mengapa diversifikasi penting? Simak uraian yang dirangkum dari barclays.co.uk di bawah ini!
Diversifikasi adalah upaya untuk tidak bergantung pada satu jenis investasi saja. Tujuannya, agar jika salah satu investasi mengalami penurunan nilai, masih ada investasi lain yang kinerjanya positif sehingga bisa mengimbangi kerugian tersebut.
Bayangkan jika kamu hanya berinvestasi di satu perusahaan. Jika perusahaan itu berkinerja buruk, kamu bisa kehilangan sebagian besar atau seluruh modal. Namun jika kamu menaruh dana di banyak perusahaan atau berbagai jenis aset, kerugian dari satu tempat bisa ditutup oleh keuntungan di tempat lain.
Empat Kelas Aset Utama
Untuk membangun portofolio yang terdiversifikasi dengan baik, penting untuk memahami empat kelas aset utama:
- Kas: Relatif stabil, tapi potensi keuntungannya rendah.
- Surat utang (obligasi atau fixed-interest securities): Umumnya memberikan penghasilan tetap dengan risiko moderat.
- Properti: Aset fisik yang cenderung tahan inflasi namun tidak likuid.
- Saham (equities): Berpotensi memberikan imbal hasil tinggi, namun juga paling fluktuatif.
Memiliki paparan pada semua jenis aset ini dapat membantu menyeimbangkan risiko. Jika saham sedang turun, mungkin obligasi atau propertimu masih menunjukkan hasil yang stabil.
Diversifikasi Bisa Dilakukan di Banyak Tingkatan
Baca Juga: Opsi Investasi Syariah sebagai Jalan Tenang Menuju Financial Freedom
Selain lintas aset, diversifikasi juga bisa dilakukan:
- Lintas perusahaan, dengan berinvestasi di banyak perusahaan, bukan hanya satu atau dua.
- Lintas geografis, menempatkan dana di pasar global seperti AS, Eropa, Asia, atau pasar berkembang seperti Brasil, Rusia, India, dan Tiongkok.
- Lintas sektor industri, misalnya tidak hanya berinvestasi di sektor manufaktur, tetapi juga teknologi, kesehatan, dan energi.
Perlu diingat, berinvestasi di negara berkembang bisa menawarkan potensi keuntungan yang tinggi, tetapi juga memiliki risiko yang lebih besar dibanding negara maju.
Cara Praktis Melakukan Diversifikasi: Lewat Reksa Dana atau Produk Investasi Kolektif
Bagi investor yang tidak memiliki waktu atau pengetahuan untuk memilih saham dan aset sendiri, reksa dana, unit trust, OEIC (open-ended investment companies), dan investment trust bisa menjadi solusi.
Melalui produk ini, uangmu digabung dengan dana investor lain dan dikelola oleh manajer investasi profesional. Kamu bisa mendapatkan akses ke berbagai kelas aset dan wilayah dengan cara yang lebih mudah dan terjangkau.
Pastikan untuk memeriksa informasi tentang alokasi aset di dalam fund sebelum membeli, karena tiap produk memiliki fokus dan strategi yang berbeda.
Mengelola Risiko dan Ekspektasi
Diversifikasi bukan jaminan kamu tidak akan mengalami kerugian, namun strategi ini bisa membantumu menyebar risiko. Tak ada investasi yang sepenuhnya bebas risiko, semisal harga aset bisa naik dan turun sewaktu-waktu.
Beberapa aset seperti obligasi bisa menyeimbangkan fluktuasi dari saham, tapi tentu dengan imbal hasil yang umumnya lebih rendah. Sementara investasi berbasis kas lebih aman, namun bisa tergerus inflasi jika bunga lebih rendah dari kenaikan biaya hidup.
Oleh karena itu, pilihan investasimu sebaiknya mempertimbangkan:
- Tujuan keuangan jangka panjang (idealnya di atas 5 tahun).
- Tingkat toleransi terhadap risiko.
- Kebutuhan dan kondisi keuangan pribadi.
Jika ragu dalam memilih, konsultasikan terlebih dulu dengan penasihat atau perencana keuangan terpercaya.
Baca Juga: Tak Perlu Side Hustle, Ini Opsi Instrumen Investasi untuk Dapat Penghasilan Tambahan
(*)