Apa Itu Diversifikasi dan Mengapa Penting dalam Investasi? Simak!

Arintha Widya - Jumat, 23 Mei 2025
Mengenal diversifikasi dan pentingnya di dalam investasi.
Mengenal diversifikasi dan pentingnya di dalam investasi. Freepik

Selain lintas aset, diversifikasi juga bisa dilakukan:

  • Lintas perusahaan, dengan berinvestasi di banyak perusahaan, bukan hanya satu atau dua.
  • Lintas geografis, menempatkan dana di pasar global seperti AS, Eropa, Asia, atau pasar berkembang seperti Brasil, Rusia, India, dan Tiongkok.
  • Lintas sektor industri, misalnya tidak hanya berinvestasi di sektor manufaktur, tetapi juga teknologi, kesehatan, dan energi.

Perlu diingat, berinvestasi di negara berkembang bisa menawarkan potensi keuntungan yang tinggi, tetapi juga memiliki risiko yang lebih besar dibanding negara maju.

Cara Praktis Melakukan Diversifikasi: Lewat Reksa Dana atau Produk Investasi Kolektif

Bagi investor yang tidak memiliki waktu atau pengetahuan untuk memilih saham dan aset sendiri, reksa dana, unit trust, OEIC (open-ended investment companies), dan investment trust bisa menjadi solusi.

Melalui produk ini, uangmu digabung dengan dana investor lain dan dikelola oleh manajer investasi profesional. Kamu bisa mendapatkan akses ke berbagai kelas aset dan wilayah dengan cara yang lebih mudah dan terjangkau.

Pastikan untuk memeriksa informasi tentang alokasi aset di dalam fund sebelum membeli, karena tiap produk memiliki fokus dan strategi yang berbeda.

Mengelola Risiko dan Ekspektasi

Diversifikasi bukan jaminan kamu tidak akan mengalami kerugian, namun strategi ini bisa membantumu menyebar risiko. Tak ada investasi yang sepenuhnya bebas risiko, semisal harga aset bisa naik dan turun sewaktu-waktu.

Beberapa aset seperti obligasi bisa menyeimbangkan fluktuasi dari saham, tapi tentu dengan imbal hasil yang umumnya lebih rendah. Sementara investasi berbasis kas lebih aman, namun bisa tergerus inflasi jika bunga lebih rendah dari kenaikan biaya hidup.

Oleh karena itu, pilihan investasimu sebaiknya mempertimbangkan:

  • Tujuan keuangan jangka panjang (idealnya di atas 5 tahun).
  • Tingkat toleransi terhadap risiko.
  • Kebutuhan dan kondisi keuangan pribadi.

Jika ragu dalam memilih, konsultasikan terlebih dulu dengan penasihat atau perencana keuangan terpercaya.

Baca Juga: Tak Perlu Side Hustle, Ini Opsi Instrumen Investasi untuk Dapat Penghasilan Tambahan

(*)

Sumber: Barclays
Penulis:
Editor: Arintha Widya