Bukan hanya itu, ketertarikan ini juga berkaitan dengan perasaan dominasi mereka (seorang devotee) atas orang-orang disabilitas.
Dampak Devotee: Objektifikasi dan Eksploitasi
Bagi para penyandang disabilitias, perhatian dari devotee bisa bersifat merendahkan dan objektifikasi. Mereka merasa bahwa ketertarikan yang ditujukan kepada bukan karena kepribadian atau kualitas individu, melainkan semata-mata karena disabilitas yang dimiliki.
Hal ini dapat menyebabkan perasaan tidak nyaman, kehilangan harga diri, dan bahkan trauma psikologis.
Beberapa devotee menunjukkan perilaku mengganggu, seperti meminta foto-foto pribadi yang menampilkan alat bantu disabilitas atau mengajukan pertanyaan tentang kondisi medis seseorang.
Lebih parah lagi, ada yang mencoba mengendalikan kehidupan penyandang disabilitas dengan mendorong mereka untuk menghentikan pengobatan atau terapi.
Berkaca dari fenomena devotee, penting untuk siapa pun meningkatkan pendidikan seksual yang inklusif. Kesadaran masyarakat tentang hak dan martabat penyandang disabilitas juga perlu ditingkatkan.
Kita juga perlu memahami bahwa setiap individu, terlepas dari kondisi fisiknya, berhak untuk dihormati dan diperlakukan sebagai manusia seutuhnya.
Ketertarikan seksual atau romantis seharusnya didasarkan pada penghargaan terhadap keseluruhan individu, bukan hanya pada aspek tertentu yang dianggap eksotis atau menarik.
Baca Juga: Jangan Diam! Ini Bantuan untuk Perempuan Disabilitas yang Alami Kekerasan Seksual
(*)