Parapuan.co - Istilah devotee belakangan ramai di media sosial usai pemilik akun @kiarance membagikan thread tentangnya. Fenomena ini merujuk pada ketertarikan seksual yang intens terhadap individu dengan disabilitas.
"Devotee itu orang yang punya fetish terhadap disabilitas, biasanya ke orang yang lumpuh atau amputasi," tulis akun tersebut.
Lewat unggahannya di X, Kirana juga mendapatkan pesan bersifat anonymous yang pengirimnya mencari perempuan disabilitas karena dirinya seorang devotee.
"Ada kenalan cewek paralegic? Saya devotee, siap treat like a princess," tulis pengirim pesan.
Walaupun istilah ini cukup viral, rupanya masih banyak yang belum mengetahui artinya. Individu dengan disabilitas yang ditemui pemilik akun bahkan pernah mendapatkan perlakukan merujuk pada objek seksual, tetapi tidak memahaminya.
"Dari obrolan gue sama beberapa sesama difabel, kebanyakan ga tau istilahnya, tapi mereka sadar pernah dapet DM (direct massgae) atau komentar yang agak aneh atau objectifying. Gue pribadi pernah dimintain foto dan video dari orang asing," ujarnya.
Berkaca dari fenomena yang sedang viral ini, PARAPUAN akan mengupas lebih dalam apa itu devotee. Berikut ulasan lengkapnya untukmu!
Apa Itu Devotee?
Istilah devotee merujuk pada individu yang merasakan ketertarikan seksual atau romantis terhadap orang dengan disabilitas. Ketertarikan ini sering kali terfokus pada aspek fisik dari disabilitas, seperti penggunaan kursi roda, alat bantu jalan, atau amputasi anggota tubuh.
Baca Juga: Perempuan Penyandang Disabilitas Intelektual Rentan Jadi Korban Pelecehan Seksual
Dalam beberapa kasus, ketertarikan ini berkembang menjadi fetisisme, di mana disabilitas menjadi pusat dari hasrat seksual individu tersebut. Situasi ini bahkan bisa membuat disabilitas kehilangan harga dirinya.
Menurut laporan dari The Independent, Emily Yates, seorang penulis dan konsultan aksesibilitas yang menggunakan kursi roda karena cerebral palsy, pertama kali menyadari keberadaan devotee ketika seorang teman mengomentari fotonya di Facebook dengan menyebutnya sebagai pretty cripple (sangat melumpuhkan).
Menurut laman Daily Mail, seseorang dengan ketertarikan seksual devotee menganggap bahwa individu dengan disabilitas bisa membangkitkan gairah seksual mereka.
Bukan hanya itu, ketertarikan ini juga berkaitan dengan perasaan dominasi mereka (seorang devotee) atas orang-orang disabilitas.
Dampak Devotee: Objektifikasi dan Eksploitasi
Bagi para penyandang disabilitias, perhatian dari devotee bisa bersifat merendahkan dan objektifikasi. Mereka merasa bahwa ketertarikan yang ditujukan kepada bukan karena kepribadian atau kualitas individu, melainkan semata-mata karena disabilitas yang dimiliki.
Hal ini dapat menyebabkan perasaan tidak nyaman, kehilangan harga diri, dan bahkan trauma psikologis.
Beberapa devotee menunjukkan perilaku mengganggu, seperti meminta foto-foto pribadi yang menampilkan alat bantu disabilitas atau mengajukan pertanyaan tentang kondisi medis seseorang.
Lebih parah lagi, ada yang mencoba mengendalikan kehidupan penyandang disabilitas dengan mendorong mereka untuk menghentikan pengobatan atau terapi.
Berkaca dari fenomena devotee, penting untuk siapa pun meningkatkan pendidikan seksual yang inklusif. Kesadaran masyarakat tentang hak dan martabat penyandang disabilitas juga perlu ditingkatkan.
Kita juga perlu memahami bahwa setiap individu, terlepas dari kondisi fisiknya, berhak untuk dihormati dan diperlakukan sebagai manusia seutuhnya.
Ketertarikan seksual atau romantis seharusnya didasarkan pada penghargaan terhadap keseluruhan individu, bukan hanya pada aspek tertentu yang dianggap eksotis atau menarik.
Baca Juga: Jangan Diam! Ini Bantuan untuk Perempuan Disabilitas yang Alami Kekerasan Seksual
(*)