Bergelut dengan Owa Jawa dan Hutan, Ini Cara Rahayu Oktaviani Atasi Kejenuhan

Arintha Widya - Jumat, 16 Mei 2025
Cara Rahayu Oktaviani mengatasi jenuh saat meneliti Owa Jawa.
Cara Rahayu Oktaviani mengatasi jenuh saat meneliti Owa Jawa. Dokumentasi WFN - Christian Tuckwell-Smith

"Karena konservasi itu kan bukan sprint, tapi marathon. Jadi harus ada regenerasi untuk nantinya anak-anak yang lebih muda nih yang akan menggantikan kita dengan melakukan aksi konservasi yang lebih baik lagi," ucap primatolog peraih penghargaan Whitley Awards 2025 ini.

Menemukan Semangat dari Orang Lain

Saat kejenuhan mulai terasa berat, Ayu memilih untuk sejenak mundur dari hutan dan mencari kegiatan lain. "Saya biasanya sih pulang dulu, terus kemudian cari hobi yang lain dulu," terangnya.

Akan tetapi, hal yang paling menghidupkan kembali semangatnya adalah ketika ia berinteraksi dengan praktisi konservasi lainnya di berbagai wilayah.

"Saya melihat teman-teman konservasi lain, para praktisi lain, begitu semangatnya membuat sesuatu, melakukan sesuatu di lapangan, sehingga saya merasa, oh, mereka juga bisa dengan tantangan yang ada. Kalau gitu, saya nggak boleh mengeluh, saya juga harus kembali ke lapangan. Itu motivasi yang besar sekali, saya rasa," ungkap Ayu.

Terlepas dari tantangan dan rasa lelah, Ayu merasa bahwa berada di hutan adalah sebuah anugerah. "Selalu ada hal yang baru, selalu ada hal yang kayak, oke, terima kasih, lho, saya boleh masuk ke dalam hutan ini," tambahnya.

Kalimat itu mencerminkan rasa syukur dan cinta mendalamnya terhadap hutan dan segala perjuangan di dalamnya.

Melalui kisah Ayu, kita bisa melihat bahwa menjadi peneliti bukan sekadar soal ilmu, tetapi juga tentang ketahanan, kolaborasi, dan semangat yang terus diperbarui demi menjaga alam tetap lestari.

Baca Juga: Tantangan Rahayu Oktaviani sebagai Peneliti yang Melestarikan Owa Jawa

(*)

Sumber: Wawancara
Penulis:
Editor: Arintha Widya