Viral di Kalangan Gen Alpha, Meme Anomali Bisa Picu Brain Rot pada Anak

Tim Parapuan - Selasa, 13 Mei 2025
Anak-anak gen Alpha bermain gadget
Anak-anak gen Alpha bermain gadget Freelance

 

Humor absurd digunakan anak-anak untuk menantang otoritas dan membentuk identitas sosial mereka, terutama di lingkungan sekolah. Ini menunjukkan bahwa humor tidak selalu harus masuk akal untuk menjadi fungsional secara sosial.

Namun, di balik tawa tersebut, ada kekhawatiran yang muncul. Apa dampaknya bagi perkembangan anak?

Melansir dari nytimes.com, istilah brain rot muncul sebagai respons kritis terhadap konsumsi konten yang terlalu intens dan tidak bermakna. Brain rot secara harfiah berarti otak membusuk, tetapi dalam konteks ini, itu merujuk pada penurunan kualitas berpikir akibat terlalu lama terpapar konten digital yang tidak menstimulasi secara positif.

Konten seperti ini sangat mudah dikonsumsi, cepat, dan adiktif. Anak bisa menghabiskan waktu berjam-jam scroll TikTok tanpa sadar.

Tidak ada narasi panjang atau pemikiran mendalam yang dibutuhkan, cukup visual lucu yang membuat tertawa, lanjut. Hal ini membentuk pola pikir instan dan menurunkan toleransi terhadap aktivitas yang menuntut konsentrasi dan logika.

Penelitian dalam jurnal Media Psychology tahun 2022 oleh Amber van der Wal, dkk, menemukan bahwa jenis humor dalam media hiburan berhubungan erat dengan perilaku agresif di kehidupan nyata, terutama pada remaja. Hal ini memperlihatkan bahwa apa yang dikonsumsi secara digital memiliki implikasi terhadap perilaku nyata.

Dampak lain yang tidak kalah penting adalah bagaimana konsumsi konten yang mengandung humor absurd dapat memengaruhi persepsi mereka tentang realitas sosial. Di dunia digital, di mana identitas sering kali dibentuk dan dieksplorasi melalui meme atau video singkat, anak-anak bisa jadi kehilangan pemahaman yang jelas antara yang nyata dan yang dibuat-buat.

Dari sudut pandang sebagai perempuan dan ibu, ada dua tantangan besar dari hal tersebut, yaitu memahami isi dunia anak dan menjaga kualitas perkembangan mereka. Ibu atau orang tua tidak bisa serta-merta melarang atau memutus akses mereka ke dunia digital, karena di sanalah ruang sosial mereka berada. Namun, diperlukan kehadiran sebagai penyeimbang.

Baca Juga: Mengenal 11 Bahasa Gaul Gen Alpha, Apa Itu Skibidi dan Rizz?

Sumber: nytimes.com,Berbagai sumber
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri