Metode Slow Productivity, Cara Tetap Produktif untuk Mencegah Burnout

Arintha Widya - Rabu, 7 Mei 2025
Slow productivity untuk mencegah burnout.
Slow productivity untuk mencegah burnout. Perawit Boonchu

Tujuannya adalah membangun ritme kerja yang lebih stabil, bukan terus menerus melompat dari satu tugas ke tugas lainnya.

2. Bekerja dengan Ritme Alami

Prinsip kedua mendorong kita bekerja sesuai ritme tubuh dan kebutuhan proyek. Artinya, jangan memaksakan semua proyek selesai secepat mungkin. Biarkan pekerjaan berkembang dalam garis waktu yang lebih alami dan berkelanjutan.

Strateginya termasuk:

  • Membuat rencana lima tahun untuk memberi ruang gerak dalam mencapai tujuan jangka panjang.
  • Melipatgandakan estimasi waktu pengerjaan proyek untuk menghindari kesalahan akibat terburu-buru.
  • Mengurangi jumlah rapat dan tugas harian untuk memberi lebih banyak ruang bekerja mendalam.

Selain itu, Cal Newport juga menyarankan untuk mengadopsi pola musiman. Artinya, intensitas kerja bisa bervariasi sepanjang tahun. Misalnya, ada masa sibuk saat penutupan kuartal keuangan, diikuti masa kerja yang lebih santai setelahnya. Atau pekerja media sosial bisa bekerja ekstra saat kampanye besar, lalu mengambil waktu rehat setelahnya.

3. Fokus pada Kualitas

Alih-alih mengejar sebanyak mungkin output, slow productivity menekankan pada menghasilkan karya berkualitas tinggi. Caranya:

  • Menekuni bidang baru di luar pekerjaan utama untuk memperluas perspektif.
  • Bergabung dengan komunitas profesional yang mendukung pertumbuhan.
  • Berinvestasi pada alat kerja yang berkualitas.
  • Memberi diri sendiri tantangan untuk menghasilkan karya terbaik, bukan sekadar memenuhi target.

Ketika kualitas menjadi fokus utama, produktivitas pun menjadi lebih bermakna dan memuaskan, bukan sekadar mengejar angka.

Bagaimana Mempraktikkan Slow Productivity?

Sumber: The Every Girl
Penulis:
Editor: Arintha Widya