Dr.  Firman Kurniawan S.

Pemerhati budaya dan komunikasi digital, pendiri LITEROS.org, dan penulis buku Digital Dilemma

Amankah Perempuan dalam Penggunaan AI di Industri Perawatan Kulit?

Dr. Firman Kurniawan S. Selasa, 6 Mei 2025
Seberapa aman penggunaan AI dalam industri perawatan kecantikan bagi perempuan?
Seberapa aman penggunaan AI dalam industri perawatan kecantikan bagi perempuan? (Larysa Vdovychenko/Getty Images)

Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.

Beberapa fenomena mempertegas AI black box problem ini. Terungkap terutama ketika ada hasil meragukan yang diberikan AI. Penggunaan AI yang justru mendiskriminasi gender, ras, maupun kelompok sosial tertentu, setelah ditelusur ternyata komposisi datanya didominasi oleh karakteristik tertentu. Bias data, menyebabkan bias hasil. Demikian pula, ketika AI digunakan untuk mengalokasikan pengawasan di titik rawan kejahatan tertentu. Juga saat digunakan untuk mengelompokkan siswa dengan ciri tertentu, terhadap keberhasilannya meraih nilai ujian yang tinggi.

Saat rekomendasi AI diaplikasikan untuk dua keadaan di atas, ternyata gagal mencapai tujuannya. Di tempat yang ditandai ‘bakal terjadi’ kejahatan, justru tak terjadi. Kejahatan terjadi di tempat yang tak diprediksi. Demikian pula pada siswa yang memenuhi seluruh kriteria meraih nilai tinggi, ketika dievaluasi secara non-AI justru nilainya rendah. Sedangkan yang tak memenuhi kriteria, meraih keadaan sebaliknya. Penjelasannya, AI bekerja berdasar data yang sudah ada padanya. Rekomendasi berdasar sejarah data yang dipelajari machine learning (ML). Sehingga adanya data yang berubah, tak dikenali ML.

Hari ini ketika AI juga diandalkan pada berbagai aspek kehidupan --termasuk di industri perawatan kulit—kegunaannya sangat dirasakan industri maupun konsumen. Peran AI mulai dari prediksi produk perawatan kulit yang diminati konsumen, berdasar data pembelian sebelumnya. Juga rekomendasi produk yang dipersonalisasi, berdasar keadaan khas kulitnya. Ini bakal membedakan produk perawatan kulit yang sesuai: saat perempuan dilanda kegembiraan dengan ketika dalam ketaknyamanan periode menstruasi; dalam suasana formal vs nonformal; di ruang terbuka dibanding tertutup.

Dioperasikannya chatbot, memungkinkan konsultasi untuk semua keperluan itu. Bagi pelaku usaha ini menguntungkan. Tak perlu mempekerjakan personal di waktu dan tempat tertentu. Lewat chatbot berwujud aplikasi perangkat seluler, konsultasi perawatan kulit dapat diakses siapapun di manapun dalam waktu yang leluasa. Sedangkan konsumen diuntungkan oleh fleksibilitas layanan, sesuai ketersediaan waktu dan kebutuhannya.

Dalam perwujudan AI yang lain, robot formulator dapat digunakan untuk meramu berikut menyajikan produk perawatan kulit yang khas bagi masing-masing perempuan. Tentu didahului analisis keadaan kulitnya, menggunakan sensor robot formulator. Data keadaan kulit ini dibandingkan dengan data-data konsumen lain yang telah terbentuk algoritmanya. Ini digunakan untuk meramu produk yang khas, masing-masing konsumen. Tak ada lagi, satu produk untuk semua konsumen. Konsumen dibedakan, berdasarkan keadaan khasnya.

Namun demikian, ada pertanyaan yang layak diajukan: sudah aman sepenuhnyakah penggunaan AI di industri perawatan kulit, dalam keadaannya yang masih sering menghadapi AI blackbox problem? Memang urusan perawatan kulit bukan urusan perempuan belaka. Laki-laki pun harus tahu. Juga harus tahu keterbatasan yang diberikan AI.

Relevan dengan pertanyaan itu, Cassandra Stern, 2024, dalam “How Beauty Companies Can Mitigate Risks Associated with AI Technologies Use”, menyebutkan: konsumen dapat dirugikan ketika rekomendasi AI mengikuti hasil studi yang cacat atau berasal dari pengolahan data yang mengandung bias. Juga ketika rekomendasi formulasi produk yang disajikan, berdasar kesesuaian dengan konsumen sebelumnya. Artinya tanpa memasukkan keadaan baru dari konsumen yang beragam, ML hanya memformulasi produk berdasarkan data yang sudah diterimanya.

Formulasi produk berdasar data dari perempuan berkulit putih yang hidup di negara sub tropis, harusnya berbeda untuk perempuan berkulit putih yang hidup di negara tropis. Perbedaan tempat hidup di wilayah subtropis dengan tropis, harus diolah robot formulator saat meramu produk. Tanpa itu, produk tak optimal mencapai tujuannya. Makin tajam perbedaan yang tak diperhitungkan, makin fatal akibatnya.

Pengetahuan soal tak sempurnanya AI, perlu dimiliki perempuan. Terlebih saat penawaran produk sering dibalut gimmick. Kekaguman pada AI, tak lantas menutup ruang skeptis. Sebab ketika itu ditutup, terperdaya jadi risikonya. Tak elok sepertinya: percaya penuh pada teknologinya, yang hasilnya mungkin sesat.   

(*)

Baca Juga: Mengenal AI DeepSeek, Kecerdasan Buatan yang Disebut Saingan Berat ChatGPT