Parapuan.co - Kawan Puan, mengurangi camilan manis dan makanan kemasan bisa menjadi salah satu langkah penting untuk hidup lebih lama dan sehat. Sebuah studi terbaru yang diterbitkan di American Journal of Preventive Medicine menunjukkan, setiap kenaikan 10% konsumsi makanan ultra-proses (ultra-processed foods) berkaitan dengan peningkatan 2,7% risiko kematian dini.
Hasil ini semakin mengkhawatirkan jika melihat data yang menunjukkan sekitar 70% pasokan makanan di Amerika Serikat tergolong dalam kategori ini. Meski studi dilakukan di delapan negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Australia, Brazil, Kanada, Cile, Kolombia, dan Meksiko, temuan ini relevan bagi masyarakat di berbagai belahan dunia—termasuk Indonesia, di mana konsumsi makanan kemasan dan instan juga terus meningkat.
Untuk itu, penting mengetahui jenis-jenis makanan ultra-proses dan bahayanya, serta kaitannya dengan risiko kematian dini. Berikut ini informasi lengkapnya sebagaimana dirangkum dari Real Simple!
Apa Itu Makanan Ultra-Proses?
Makanan ultra-proses adalah produk hasil industri yang melalui banyak tahap pengolahan sebelum sampai di meja makan. Contohnya meliputi nugget ayam, permen, minuman bersoda, serta aneka camilan dalam kemasan.
Menurut Grace Derocha, ahli gizi dan juru bicara Academy of Nutrition and Dietetics, makanan ini biasanya mengandung banyak zat tambahan seperti pengawet, pemanis, pewarna, dan pengemulsi. "Jenis makanan ini cenderung tinggi gula tambahan, lemak tidak sehat, dan garam, namun rendah nutrisi esensial dan serat," ujar Derocha.
Selain itu, makanan ultra-proses memang dirancang agar sangat menggugah selera—membuat orang sulit berhenti mengonsumsinya. Derocha menambahkan, makanan seperti ini bisa mengacaukan sinyal alami rasa lapar dan kenyang, sehingga berisiko menyebabkan makan berlebihan.
Temuan Studi: Konsumsi Makanan Ultra-Proses dan Kematian Dini
Studi ini merupakan meta-analisis yang melibatkan hampir 240 ribu peserta usia 30 hingga 69 tahun di delapan negara. Hasilnya menunjukkan, setiap kenaikan 10% konsumsi makanan ultra-proses dalam total asupan kalori harian, berhubungan dengan kenaikan risiko kematian akibat berbagai penyebab sebesar 2,7%.
Baca Juga: 5 Makanan Ini Cocok Dikonsumsi Perempuan yang Menerapkan Clean Eating
Meski sulit membuktikan bahwa makanan ultra-proses adalah penyebab tunggal, para peneliti menyimpulkan bahwa jenis makanan ini berkontribusi signifikan terhadap beban penyakit di banyak negara.
"Temuan ini sejalan dengan riset sebelumnya yang menunjukkan asupan tinggi makanan ultra-proses berkaitan dengan dampak kesehatan yang merugikan," kata Derocha.
Haruskah Kita Khawatir?
Jawabannya: ya, namun tidak perlu panik. Derocha mengingatkan bahwa kekhawatiran ini beralasan, mengingat makanan ultra-proses mengisi porsi besar pola makan masyarakat modern. Di Amerika Serikat, sekitar 57% asupan kalori orang dewasa berasal dari makanan ultra-proses.
Studi ini bahkan memperkirakan, konsumsi makanan jenis ini menyumbang sekitar 124 ribu kasus kematian dini pada 2018 di negara tersebut. Fakta ini mempertegas pentingnya pergeseran pola makan menuju makanan segar dan minim proses.
Tips Mengurangi Konsumsi Makanan Ultra-Proses
Kabar baiknya, perubahan kecil dalam pola makan bisa memberi dampak besar bagi kesehatan. Berikut beberapa langkah praktis yang bisa kamu coba:
1. Cermati label makanan: Pilih produk dengan daftar bahan baku yang pendek dan mudah dipahami. Hindari produk dengan istilah asing seperti "sirup jagung fruktosa tinggi" atau "lemak nabati terhidrogenasi".
2. Lakukan perlahan: Tidak perlu langsung berhenti total. Setiap kali mengganti makanan ultra-proses dengan makanan segar, itu sudah merupakan langkah baik. Memasak lebih sering di rumah juga bisa membantu.
3. Kurangi yang paling berisiko: Fokus untuk membatasi konsumsi minuman manis (soda, teh manis dalam botol), camilan kemasan (keripik, biskuit, permen), daging olahan (sosis, ham, kornet), dan makanan siap saji (mi instan, makanan beku).
4. Perbanyak makanan utuh (whole foods): Pilih makanan alami seperti sayuran segar, buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, ayam tanpa lemak, serta lemak sehat seperti alpukat dan minyak zaitun. "Utamakan makanan yang sedekat mungkin dengan bentuk alaminya," saran Derocha.
Penelitian ini semakin menegaskan pentingnya pola makan sehat berbasis makanan segar dan minim proses. Meski makanan ultra-proses memang praktis dan menggoda, konsumsi berlebihan bisa berdampak serius bagi kesehatan jangka panjang.
Dengan langkah-langkah sederhana dan konsisten, Kawan Puan bisa mengurangi risikonya dan meningkatkan kualitas hidup.
Baca Juga: Makanan yang Boleh Disimpan dan Harus Dibuang dari Kulkas Usai Listrik Padam
(*)