Parapuan.co - Perdebatan soal cara mendidik anak kembali mencuat di media sosial. Seorang ibu dengan gaya gentle parenting membagikan pengalamannya, mengaku tidak ragu bersikap lembut, tetapi tetap tegas soal batasan.
"Saya tidak malu mengaku di internet bahwa saya adalah orang tua yang lembut (menerapkan gentle parenting)," tulisnya. Namun, ia menekankan bahwa anaknya tetap sering mendengar kata "tidak", terutama jika sudah berkaitan dengan rutinitas malam, screen time, dan camilan.
Meskipun sang anak kadang marah, sang ibu bangga karena anaknya mulai bisa mengelola rasa frustrasinya. Di tengah tren pengasuhan permisif, ia merasa penting untuk tetap memberi batas.
"Saya tidak bilang saya orang tua sempurna, tapi sekarang ini makin sedikit anak yang mendengar ‘tidak’," tulis ibu tersebut di media sosialnya, sebagaimana dikutip PARAPUAN dari Parents.
Pandangan serupa datang dari Emily Perkins, guru TK asal Kentucky yang menyampaikan opininya terkait pentingnya mengajarkan anak menerima kata "tidak" atau sebuah larangan. Dalam video Instagram yang viral, ia menyampaikan harapan kepada para orang tua.
"Katakan ‘tidak’ pada anak Anda sebagai kalimat lengkap," tegasnya. "Jangan ajarkan bahwa ‘tidak’ adalah undangan untuk berdebat. Kalau saya tidak bisa bilang 'tidak' dan anak Anda tidak hormat pada itu, mereka jadi sulit diajar."
Meski banyak yang setuju, tidak sedikit pula yang mengkritik. Seorang orang tua berkomentar, "Wajar kalau anak mempertanyakan sesuatu, apalagi kalau baru hidup 5-6 tahun. Memang melelahkan menjawab 'kenapa' terus-menerus, tapi itu bagian dari proses mereka belajar."
Orang tua lain menambahkan, "Memberikan alasan bukan berarti lemah. Kita bisa tetap menetapkan batas sambil tetap berkomunikasi. Ini cara membangun hubungan yang kuat."
Seorang guru kelas satu dan ibu dari tiga anak juga angkat suara. Ia menyayangkan pendekatan yang terdengar seperti, "Karena saya bilang begitu". Baginya, lebih baik anak tahu alasan di balik larangan, bukan hanya sekadar patuh.
Baca Juga: Ibu Bekerja Kerap Menghadapi Tantangan dalam Pengasuhan Anak
Perdebatan ini mencerminkan pergeseran pola pikir. Banyak orang tua kini ingin anak memahami makna dari larangan, bukan hanya menerima begitu saja. Mereka bukan permisif, tapi reflektif—berusaha menyeimbangkan antara batas dan empati.
Di sisi lain, guru seperti Perkins juga punya alasan. Di kelas, tak mungkin menjelaskan segalanya pada 13 anak dalam waktu bersamaan. Dalam konteks itu, kata "tidak”" memang perlu disampaikan secara tegas.
Sang ibu gentle parent pun menutup dengan refleksi, "Saya tidak ingin menjadikan ketaatan sebagai kebajikan utama. Saat anak saya tak bisa melakukan sesuatu karena alasan keamanan atau nilai keluarga, saya merasa perlu menjelaskan. Ini bukan soal melarang anak bertanya, tapi menumbuhkan rasa ingin tahu dan pemahaman."
Mengatakan “tidak” penting, tapi cara menyampaikannya tak kalah penting. Mungkin, tantangan orang tua masa kini bukan hanya menolak keinginan anak, tapi mengajarkan mereka makna di balik penolakan itu.
Pada akhirnya, tidak ada pendekatan tunggal yang cocok untuk semua anak. Setiap keluarga punya nilai, ritme, dan dinamika berbeda yang memengaruhi cara mendidik. Namun, memberi batas sekaligus menjaga hubungan tetap hangat adalah fondasi yang bisa dimulai dari rumah.
Mengatakan "tidak" bukan berarti memutus komunikasi, justru bisa menjadi momen untuk memperkuat pemahaman anak terhadap dunia di sekitarnya. Anak belajar bahwa hidup tak selalu berjalan sesuai keinginan, tapi mereka tetap bisa merasa aman dan dimengerti. Ini adalah bekal penting menuju kedewasaan.
Sebaliknya, terlalu banyak larangan tanpa penjelasan bisa memicu pemberontakan atau ketidakpercayaan. Anak yang terbiasa didengarkan cenderung lebih mudah menerima batas, karena mereka tahu orang tuanya hadir, bukan hanya mengatur. Rasa hormat tumbuh dari dialog, bukan dari paksaan.
Jadi, saat berikutnya kamu berkata “tidak” pada anak, luangkan waktu sejenak untuk menjelaskan alasannya. Kalimat sederhana seperti “karena itu bisa membahayakanmu” atau “karena kita punya aturan di rumah” bisa membuat perbedaan besar.
Anak mungkin belum sepenuhnya memahami, tapi mereka akan mengingat bahwa orang tua mereka peduli, bahkan saat menolak.
Baca Juga: Dilakukan Halimah, Mengapa Gentle Parenting Masih Sulit untuk Diterapkan?
(*)