Perdebatan ini mencerminkan pergeseran pola pikir. Banyak orang tua kini ingin anak memahami makna dari larangan, bukan hanya menerima begitu saja. Mereka bukan permisif, tapi reflektif—berusaha menyeimbangkan antara batas dan empati.
Di sisi lain, guru seperti Perkins juga punya alasan. Di kelas, tak mungkin menjelaskan segalanya pada 13 anak dalam waktu bersamaan. Dalam konteks itu, kata "tidak”" memang perlu disampaikan secara tegas.
Sang ibu gentle parent pun menutup dengan refleksi, "Saya tidak ingin menjadikan ketaatan sebagai kebajikan utama. Saat anak saya tak bisa melakukan sesuatu karena alasan keamanan atau nilai keluarga, saya merasa perlu menjelaskan. Ini bukan soal melarang anak bertanya, tapi menumbuhkan rasa ingin tahu dan pemahaman."
Mengatakan “tidak” penting, tapi cara menyampaikannya tak kalah penting. Mungkin, tantangan orang tua masa kini bukan hanya menolak keinginan anak, tapi mengajarkan mereka makna di balik penolakan itu.
Pada akhirnya, tidak ada pendekatan tunggal yang cocok untuk semua anak. Setiap keluarga punya nilai, ritme, dan dinamika berbeda yang memengaruhi cara mendidik. Namun, memberi batas sekaligus menjaga hubungan tetap hangat adalah fondasi yang bisa dimulai dari rumah.
Mengatakan "tidak" bukan berarti memutus komunikasi, justru bisa menjadi momen untuk memperkuat pemahaman anak terhadap dunia di sekitarnya. Anak belajar bahwa hidup tak selalu berjalan sesuai keinginan, tapi mereka tetap bisa merasa aman dan dimengerti. Ini adalah bekal penting menuju kedewasaan.
Sebaliknya, terlalu banyak larangan tanpa penjelasan bisa memicu pemberontakan atau ketidakpercayaan. Anak yang terbiasa didengarkan cenderung lebih mudah menerima batas, karena mereka tahu orang tuanya hadir, bukan hanya mengatur. Rasa hormat tumbuh dari dialog, bukan dari paksaan.
Jadi, saat berikutnya kamu berkata “tidak” pada anak, luangkan waktu sejenak untuk menjelaskan alasannya. Kalimat sederhana seperti “karena itu bisa membahayakanmu” atau “karena kita punya aturan di rumah” bisa membuat perbedaan besar.
Anak mungkin belum sepenuhnya memahami, tapi mereka akan mengingat bahwa orang tua mereka peduli, bahkan saat menolak.
Baca Juga: Dilakukan Halimah, Mengapa Gentle Parenting Masih Sulit untuk Diterapkan?
(*)