Parapuan.co - Menyiapkan dana pendidikan anak bisa terasa menantang, apalagi jika Kawan Puan dan/atau pasangan bergaji di bawah Rp5 juta per bulan. Namun, dengan strategi finansial yang tepat, impian menyekolahkan anak hingga perguruan tinggi tetap bisa diwujudkan.
Mengutip situs Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya via Kontan.co.id, biaya pendidikan setiap tahun mengalami kenaikan akibat inflasi sekitar 15–20 persen. Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa angka putus sekolah di Indonesia pada tahun 2022 meningkat di semua jenjang pendidikan.
Tingkat putus sekolah di SMA mencapai 1,38 persen, SMP 1,06 persen, dan SD 0,13 persen, dengan kenaikan tertinggi terjadi di jenjang SMA. Fakta ini menunjukkan pentingnya perencanaan matang agar anak-anak tidak terhambat mengenyam pendidikan tinggi.
Arin Setyowati, Dosen Perbankan Syariah UM Surabaya, memberikan beberapa tips untuk para orangtua bergaji pas-pasan dalam menyiapkan dana pendidikan anak. Yuk, simak!
1. Mencari Informasi Biaya Kuliah Sejak Dini
Langkah pertama adalah menggali informasi biaya kuliah dari berbagai kampus. Ini penting untuk menentukan standar layanan pendidikan yang diinginkan dan menyesuaikannya dengan kemampuan finansial. Dari riset ini, kamu bisa menghitung perkiraan biaya saat anak benar-benar memasuki bangku kuliah.
2. Menyusun Rancangan Biaya Pendidikan
Setelah mendapatkan informasi biaya, susunlah rancangan kebutuhan dana pendidikan anak sesuai rentang usia. "Misalnya dana pendidikan dan pembangunan hingga lulus di program studi X sebuah universitas sebesar Rp100 juta. Kemudian estimasi inflasi pendidikan sekitar 3 persen per tahun dan anak akan kuliah 17 tahun lagi, maka dana yang dibutuhkan sekitar Rp165 juta," ujar Arin.
Dengan target tersebut, kamu bisa memperkirakan jumlah tabungan perlu menabung sekitar Rp9,7 juta per tahun atau Rp880.000 per bulan.
Baca Juga: 8 Saran Keuangan dari Milenial untuk Gen Z, Sebuah Strategi Bertahan Hidup
3. Mengalokasikan dan Menyisihkan Dana Secara Konsisten
Penting untuk menyisihkan sebagian dari gaji khusus untuk tabungan pendidikan. Alokasi 10–20 persen dari pendapatan bulanan bisa menjadi patokan awal. "Misal, jika gaji perbulan Rp5 juta, maka sekitar Rp500.000 hingga Rp1 juta rupiah yang disisihkan untuk pos rancangan biaya kuliah anak," imbuh Arin.
Bila jumlah tersebut masih terasa kurang, Kawan Puan bisa mengevaluasi kembali pengeluaran atau mencari sumber pendapatan tambahan.
4. Memilih Investasi yang Tepat
Selain menabung, pertimbangkan juga untuk berinvestasi. Pilihlah instrumen investasi yang sesuai dengan tujuan pendidikan anak, memperhatikan tingkat risiko, potensi keuntungan, serta keamanannya. Untuk investasi pendidikan, sebaiknya pilih produk yang low risk dengan potensi middle return, seperti reksa dana.
5. Menyiapkan Proteksi Pendidikan
Proteksi penting untuk memastikan kelangsungan dana pendidikan meski terjadi risiko kehidupan, seperti sakit berat atau meninggal dunia. Salah satu pilihan proteksi yang bisa diambil adalah asuransi pendidikan berbasis asuransi jiwa.
6. Fokus Menabung dan Evaluasi Keuangan Secara Berkala
Kondisi keuangan rumah tangga bisa berubah-ubah. Oleh karena itu, penting untuk menjaga komitmen dalam menabung dan melakukan evaluasi keuangan secara rutin. "Diperlukan komitmen kuat dan konsistensi orang tua supaya senantiasa fokus dalam mengalokasikan sebagian gaji bulanan untuk pos pendidikan anak," ungkap Arin.
Selain butuh strategi seperti di atas, mudah-mudahan situasi dan kondisi keuangan keluarga Kawan Puan senantiasa stabil untuk anak di masa depan.
Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Tantangan Keuangan Perempuan Demi Wujudkan Financial Freedom
(*)