Parapuan.co - Emas dikenal karena ketahanannya akan laju inflasi yang terus terjadi setiap tahunnya. Tak heran jika instrumen invetasi satu ini dikulik sebagai aset safe haven.
Dari kalangan menengah ke atas hingga masyarakat biasa kini berlomba-lomba membeli emas. Mereka seakan mengalami panic buying di tengah harga emas yang terus meroket bahkan mencapai Rp 2 juta per gramnya.
Investasi emas terutama logam mulai dinilai dapat melindungi kekayaan yang dimiliki. Namun, di balik hal tersebut benarkah emas logam mulia menjadi instrumen investasi yang paling aman sekaligus menguntungkan?
Kali ini PARAPUAN akan membahas fluktuasi dan lonjakan strategis harga emas dalam lima tahun terakhir yakni sejak 2020 hingga 2025. Merujuk dari laman Galeri24, berikut ulasan lengkapnya untukmu.
1. Tahun 2020: Pandemi Memengaruhi Harga Emas
Tahun 2020 menjadi tahun penuh gejolak. Pandemi Covid-19 membuat pasar saham global mengalami tekanan hebat, sehingga investor mencari alternatif yang lebih aman dan emas menjadi pilihannya.
Bulan Agustus 2020 menjadi momen bersejarah saat harga emas dunia melonjak hingga mencapai USD 2.063 per troy ounce. Lonjakan harga pada saat itu turut membawa dampak pada harga emas domestik, di mana harga emas melonjak ke atas Rp1 juta per gram. Hal ini menjadikan tahun 2020 sebagai titik penting dalam sejarah harga emas.
2. Tahun 2021-2022: Konsolidasi dan Koreksi Harga
Memasuki 2021, harga emas mulai mengalami penyesuaian. Kondisi mulai berangsur membaik dengan suksesnya vaksinasi global sehingga mengakibatkan mulai pulihnya ekonomi. Saat itu, investor beralih ke instrumen yang lebih berisiko seperti saham.
Baca Juga: Sedang Diburu, Ini Cara Bedakan Emas Asli dan Palsu agar Tak Kena Tipu
Emas dunia sempat melemah dengan kisaran harga antara USD 1.700 hingga USD 1.800 per troy ounce. Di pasar domestik, harga emas turut mengalami penurunan, namun masih mampu bertahan di kisaran Rp900 ribu per gram.
Ketegangan politik antara Rusia dan Ukraina di tahun 2022, memicu kembali kenaikan harga emas hingga melewati angka USD 2.000 (dalam rupiah 1.026.000), namun kenaikan ini tidak bertahan lama. Pelemahan harga emas saat itu tak lepas dari kebijakan agresif The Fed dalam menaikkan suku bunga acuan. The Fed menjadi faktor utama yang menekan harga emas kembali ke bawah USD 1.800.
3. Tahun 2023-2024: Pemulihan Ekonomu dan Tekanan Inflasi
Tahun 2023 membawa dinamika baru. Ancaman inflasi global dan kekhawatiran akan resesi kembali meningkatkan daya tarik emas. Setelah sempat fluktuatif, harga emas dunia berhasil naik dan menembus angka USD 2.000 di akhir 2023.
Di pasar domestik, di waktu yang sama harga emas mendekati Rp1,1 juta per gram. Tahun 2024 melanjutkan tren positif tersebut.
Harga emas selama tahun 2024 mengalami kenaikan sekitar 12 persen, seiring melemahnya nilai tukar rupiah dan meningkatnya permintaan logam mulia sebagai lindung nilai terhadap inflasi.
4. Tahun 2025: Mengalami Lonjakan
Di awal tahun 2025, pergerakan emas mengalami lonjakan yang cukup tinggi hingga mencapai Rp 2 juta. Salah satu penyebabnya karena perang dagang dan ketegangan geopolitik.
Perang dagang yang melibatkan China dan Amerika Serikat ini memberikan pengaruh pada ketidakpastian ekonomi global, yang mendorong banyak orang mencari aset safe haven seperti emas.
Kalau Kawan Puan membeli emas pada awal 2020 ketika harga masih sekitar Rp800 ribu per gram, maka Anda akan menikmati keuntungan sekitar 50 persen hingga awal 2025. Namun jika kamu membeli saat harga berada di puncaknya pada pertengahan 2020, lalu menjual di tahun 2021, maka potensi kerugian cukup besar.
Inilah mengapa emas lebih cocok sebagai investasi jangka panjang, bukan untuk spekulasi jangka pendek.
Baca Juga: Harganya Terus Naik, Ini Tips Investasi Emas untuk Pelajar dan Mahasiswa
(*)