Dr.  Firman Kurniawan S.

Pemerhati budaya dan komunikasi digital, pendiri LITEROS.org, dan penulis buku Digital Dilemma

Tone Deaf yang Menyasar Perempuan: Tuli Mental Seiring Kemajuan Teknologi Digital

Dr. Firman Kurniawan S. Sabtu, 8 Juni 2024
Istilah tone deaf atau tuli mental ramai dibicarakan. Apa penyebabnya dan apakah perempuan bisa jadi korban tone deaf?
Istilah tone deaf atau tuli mental ramai dibicarakan. Apa penyebabnya dan apakah perempuan bisa jadi korban tone deaf? halfbottle

Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.

Parapuan.co - Menurunkan kepekaan sosial dengan memanfaatkan teknologi digital sudah jadi kelaziman hari ini. Gejala ini hadir, seiring makin intensifnya pemanfaatan perangkat digital.

Penuh sesaknya kendaraan umum yang menyebabkan rasa tak nyaman, juga agar terhindar dari obrolan tak menarik selama perjalanan, dapat disiasati dengan memasang headphone dan menikmati konten media digital.

Bentuk kontennya bisa media sosial, games, maupun layanan streaming. Tujuannya, mengalihkan tekanan pada pancaindra (yang diproses otak sebagai perasaan tak nyaman) menjadi konsumsi hiburan.

Demikian juga di suatu area publik, di tengah aktivitas mengantri loket pembayaran atau menunggu giliran layanan di fasilitas Kesehatan.

Sangat biasa kita menemukan wajah-wajah tertunduk yang dihadapkan pada layar mobile selular.

Tujuannya, lagi-lagi untuk menghindari kejenuhan saat menunggu atau mencegah harus berinteraksi dengan orang yang tak dikehendaki.

Perangkat teknologi digital, gadget, gawai, adalah paradoks zaman ini: Mampu menciptakan keterhubungan, sekaligus memutusnya secara total.

Realitas pemutusan keterhubungan sosial di dunia nyata, sebagaimana gejala di atas terkonfirmasi oleh penelitian yang diselenggarakan Kaspersky Lab, 2018.

Pokok pembahasannya tercermin lewat judul laporan hasilnya, “Online or Lost: Our Constant Connection Dependency”.

Baca Juga: Kesadaran Digital Wellness untuk Kita yang Susah Lepas dari Handphone