Dr.  Firman Kurniawan S.

Pemerhati budaya dan komunikasi digital, pendiri LITEROS.org, dan penulis buku Digital Dilemma

Molka, Merenggut Hak Perempuan di Tengah Kemajuan Teknologi Digital

Dr. Firman Kurniawan S. Sabtu, 25 Mei 2024
Molka, aktivitas pemasangan kamera atau alat perekam yang dilakukan secara diam-diam atau ilegal, ramai dibicarakan sejak dokumenter Burning Sun.
Molka, aktivitas pemasangan kamera atau alat perekam yang dilakukan secara diam-diam atau ilegal, ramai dibicarakan sejak dokumenter Burning Sun. Jolygon

Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.

Parapuan.co - Seberapa leluasa perempuan menjalani kebebasan privatnya dalam kemajuan teknologi digital maupun media sosial?

Pertanyaan ini jauh lebih menjumpai sasaran, saat dilemparkan pada sekumpulan perempuan Korea Selatan dalam kesehariannya.

Korea Selatan sebagai sumber demam K-wave yang menyemarakkan dunia, menjadikan negeri ini seakan pusat kegembiraan belaka. Tak ada duka di antara tawa.

Namun siapa nyana, di balik kegemerlapan itu tersimpan endemi parah.

Endemi berupa rasa khawatir “diintip” yang melanda penduduk perempuannya. Seluruhnya terjadi akibat terjamahnya ruang privat oleh molka.

Molka adalah singkatan dari Mollae-Kamera. Lema ini menurut pengertian yang dikutip dari sysco.uk.com, mengacu pada istilah Korea, berupa dilakukannya aktivitas pemasangan kamera tersembunyi atau kamera mata-mata mini secara ilegal.

Tujuan pemasangan kamera dan kegiatan memata-matai ini adalah untuk memperoleh gambar maupun video aktivitas privat dengan cara mengintip.

Namun berbeda dengan mengintip menggunakan CCTV untuk memergoki pencurian atau pemasangan kamera untuk mengikuti gerak-gerik orang yang dicurigai, mengintip pada molka bertujuan voyeurisme.

Voyeurisme, yang pelakunya disebut sebagai voyeurs, adalah tindakan mengintip untuk membangkitkan hasrat seksual.

Baca Juga: Apa Itu Molka? Istilah Korea yang Viral di TikTok Usai Rilisnya Dokumenter Burning Sun