Jadi Ibu Bukan Penghalang Karier, Meutya Hafid Buktikan dengan Hal Ini

Maharani Kusuma Daruwati - Senin, 1 April 2024
Buku LYORA Keajaiban yang Dinanti mengisahkan perjalanan pribadi Meutya Hafid setelah 10 kali percobaan bayi tabung.
Buku LYORA Keajaiban yang Dinanti mengisahkan perjalanan pribadi Meutya Hafid setelah 10 kali percobaan bayi tabung.
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Meutya Hafid Ansyah (@meutya_hafid)

Apa yang dilakukan Meutya mengingatkan bahwa pada prinsipnya negara memberikan perlindungan hukum bagi ibu pekerja yang sedang menyusui anaknya sesuai dengan aturan dalam Pasal 83 UU Ketenagakerjaan yang berbunyi:

"Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja."

Bagi perorangan atau korporasi sudah seharusnya menjamin penyediaan fasilitas khusus bagi ibu pekerja yang menyusui sesuai dengan aturan dalam Permenkes 15/2013, yang merupakan peraturan pelaksana yang masih berlaku dari UU Kesehatan terdahulu yaitu UU 36/2009.

Tak hanya peduli kepada fasilitas ruang laktasi, mantan jurnalis ini juga tengah menyoroti tantangan pasangan di Indonesia yang bertarung melawan infertilitas.

Baru-baru ini ia merilis bukunya yang berjudul LYORA: Keajaiban yang Dinanti. Buku ini mengisahkan perjalanan pribadinya yang mengharukan ketika ia mengandung putrinya, Lyora, setelah 10 kali melakukan percobaan bayi tabung.

Dengan tulisan yang mendalam dan penuh makna, buku ini membangkitkan kepedulian dan memperjuangkan hak-hak perempuan dalam memperjuangkan kesehatan reproduksinya, bahwa infertilitas adalah suatu masalah kesehatan yang serius, dan setiap pasangan berhak mendapatkan dukungan dan akses terhadap perawatan yang diperlukan.

Meutya menjelaskan bahwa masalah fertilitas atau kesuburan hingga saat ini belum termasuk masalah kesehatan yang ditanggung atau dibantu oleh pemerintah.

Padahal infertilitas secara resmi telah diakui sebagai penyakit oleh WHO, dan kesehatan reproduksi merupakan hak setiap warga negara. Dengan demikian, sudah seharusnya negara hadir untuk mendukung pengobatan infertilitas.

Meutya Hafid berharap bukunya itu tak hanya mengubah stigma dan sikap negatif yang masih sering terkait dengan masalah infertilitas.

Ia ingin mendorong perubahan sosial yang lebih luas dalam pemahaman dan dukungan terhadap pasangan yang sulit mendapatkan keturunan.

Ketika seorang perempuan seperti Meutya Hafid memilih jalur karier menjadi ibu yang juga bekerja dan produktif untuk bangsanya, sering kali waktu yang dapat dialokasikan untuk anak dan keluarga menjadi terbatas.

Pekerjaan profesional sering kali memerlukan tanggung jawab dan perhatian yang besar.

Namun, Meutya telah cukup membuktikan bahwa manajemen waktu yang baik dan penempatan prioritas yang benar bisa membantu perempuan menunaikan haknya dan mengatasi tantangan ini.

Baca Juga: Ini Strategi Sukses Jadi Seorang Ibu dan Pengusaha di Waktu Bersamaan

(*)