Tingkat Diagnosis Rendah, Kenali Faktor Risiko dan Gejala Kanker Limfoma Hodgkin

Citra Narada Putri - Selasa, 6 Februari 2024
Faktor risiko dan gejala kanker limfoma Hodgkin.
Faktor risiko dan gejala kanker limfoma Hodgkin. (freepik.com)

Parapuan.co - Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terhitung hampir 10 juta kematian pada tahun 2020, atau hampir satu dari enam kematian.

Di tahun 2020, kasus kanker yang paling umum ditemui adalah kanker payudara (2,26 juta), paru-paru (2,21 juta), usus besar dan rectum (1,93 juta), prostat (1,41 juta), kulit/non-melanoma (1,2 juta), dan kanker perut (1,09 juta).

“Kanker adalah masalah kesehatan dengan urgensi yang tinggi. Secara global saja, kanker merupakan penyebab kematian kedua terbanyak, dengan hampir 10 juta orang meninggal setiap tahunnya," ujar Prof. Dr. Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD-KHOM, M.Epid, M.Pd.Ked, FINASIM, FACP, Ketua POI Jaya dalam acara “World Cancer Day: ‘Hope, Faith, Love’ (4/2/2024).

Dijelaskan juga olehnya bahwa dari sekian banyak kanker, limfoma hodgkin adalah kanker dengan diagnosis yang masih rendah.

Kanker kelenjar getah bening jenis Limfoma Hodgkin adalah salah satu kanker yang tingkat diagnosisnya masih rendah. Penyakitnya ada, tapi sayangnya, pada banyak kasus, baru terdiagnosis setelah berada di stadium lanjut,” jelasnya.

Perhimpunan Onkologi Indonesia cabang Jakarta Raya (POI Jaya) mengadakan acara “World Cancer Day: ‘Hope, Faith, Love’.
Perhimpunan Onkologi Indonesia cabang Jakarta Raya (POI Jaya) mengadakan acara “World Cancer Day: ‘Hope, Faith, Love’. (Dok. POI Jaya)

Sebagai informasi, limfoma hodgkin (LH) adalah salah satu jenis kanker yang berasal dari sel darah putih yang disebut limfosit.

Limfosit merupakan komponen sistem limfatik yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh.

Menurut data Globocan tahun 2020, di Indonesia terdapat 1.188 kasus baru limfoma Hodgkin dengan kematian sebanyak 363 kasus.

Baca Juga: Viral di TikTok Siti Badriah Operasi Tumor Kelenjar Getah Bening, Waspadai Gejalanya!

“Kanker yang ditemukan pada stadium awal melalui deteksi dini dan ditangani secara tepat akan memberikan peluang kesembuhan 90 persen. Apalagi saat ini pengobatan untuk limfoma Hodgkin telah tersedia dan tercakup di dalam BPJS Kesehatan," ujar Dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes., Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI.

Dr. Eva pun mengingatkan agar masyarakat tidak ragu segera melakukan deteksi dini kanker. 

Berdasarkan data American Cancer Society, ada sejumlah faktor risiko yang meningkatkan seseorang terkena limfoma Hodgkin. Di antaranya:

1. Infeksi virus Epstein-Barr, yang mana 1 dari 1.000 orang terinfeksi virus ini berisiko terkena limfoma Hodgkin.

2. Faktor sistem imun juga turut memengaruhi faktor risiko kanker limfoma Hodgkin.

Risiko meningkat pada orang yang terinfeksi HIV (virus penyebab AIDS), orang yang mengonsumsi obat-obatan penekan sistem kekebalan tubuh, dan orang dengan penyakit autoimun.

3. Riwayat keluarga. Saudara laki-laki dan perempuan dengan penyakit ini memiliki risiko lebih tinggi terkena LH. Risiko ini sangat tinggi untuk kembar identik dari seorang pasien LH.

4. Jenis kelamin. Kasus limfoma Hodgkin lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan.

5. Usia. Limfoma Hodgkin umumnya terjadi pada usia 15-30 tahun dan di atas usia 55 tahun.

Baca Juga: Ari Lasso Cerita Kemoterapi Kanker Limfoma hingga 6 Kali, Begini Prosedurnya

Gejala Kanker Limfoma Hodgkin

Menurut Prof. Ikhwan, ada beberapa gejala yang ditimbulkan dari penyakit kanker limfoma Hodgkin yang perlu diwaspadai.

- Muncul benjolan atau pembesaran pada kelenjar getah bening di leher, bawah ketiak, atau pangkal paha.

- Terjadinya gejala umum yang disebut ‘B symptoms’ atau gejala sistemik seperti demam lebih dari 38°C tanpa penyebab yang jelas.

- Berkeringat berlebihan pada malam hari.

- Turun berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan berturut-turut.

“Untuk itu, segera periksakan diri ke dokter apabila merasa memiliki gejala tersebut. Walaupun penyakit kanker limfoma Hodgkin memiliki angka kesembuhan yang tinggi, namun masih ada kemungkinan untuk kambuh sekitar 10-30%, ujar Prof. Ikhwan mengingatkan.

Jadi, semakin dini limfoma Hodgkin dapat dideteksi, semakin cepat dapat ditangani, dan semakin tepat sasaran pengobatan yang diberikan.

Secara umum, harapan hidup pasien limfoma Hodgkin dalam lima tahun setelah terdiagnosis adalah 89 persen.

Baca Juga: Ari Lasso: Dukungan Keluarga Sangat Penting, Ini 4 Cara Mendukung Pejuang Kanker

Komplikasi penyakit limfoma dapat mencakup penyebaran kanker ke organ lain, penurunan fungsi organ, kerusakan sumsum tulang, infeksi, efek samping pengobatan, dan masalah kesehatan mental atau emosional.

Dalam beberapa kasus, limfoma dapat bersifat agresif dan sulit diobati, menyebabkan prognosis yang lebih buruk.

Sayangnya, kebanyakan kasus limfoma Hodgkin baru terdiagnosis pada stadium lanjut.

Pengobatan Kanker Limfoma Hodgkin

Berdasarkan tatalaksana dari National Comprehensive Cancer Network (NCCN), ada beberapa jenis pengobatan Limfoma Hodgkin.

Antara lain kemoterapi, radioterapi, imunoterapi, dan terapi target.

Terapi target adalah pengobatan yang menargetkan protein pada sel kanker yang mengendalikan pertumbuhan sel kanker, tanpa mempengaruhi sel normal lain.

Di kesempatan yang sama, Head of Patient Value Access PT. Takeda Indonesia, Shinta Caroline, berterima kasih atas kesempatan berkerja sama yang diberikan oleh POI Jaya dalam meningkatkan kesadaran tentang gejala, diagnosis, dan pengobatan limfoma Hodgkin.

“Kami menyadari beban yang ditimbulkan penyakit ini. Oleh karena itu, Takeda berkomitmen memperkuat kerja sama dengan pihak-pihak terkait, termasuk POI dan Kementerian Kesehatan RI, dalam memastikan akses obat-obatan dan vaksin kami tersedia bagi para pasien di Indonesia, termasuk untuk limfoma Hodgkin yang pengobatan inovatifnya saat ini telah tersedia di JKN," jelas Shinta.

(*)

Baca Juga: Idap Kanker Langka, Ari Lasso Bagikan Kondisinya Usai Jalani Kemoterapi

Penting! Segera Lakukan Ini Saat Orang Tersayang Alami Serangan Stroke!