Survei Sebut 45 Persen Orang Indonesia Manipulasi Skripsi, Apa Penyebabnya?

Arintha Widya - Minggu, 31 Desember 2023
Ilustrasi sebanyak 45 persen orang Indonesia memanipulasi skripsi menurut survei
Ilustrasi sebanyak 45 persen orang Indonesia memanipulasi skripsi menurut survei Freepik

Parapuan.co - Kawan Puan, skripsi merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa jenjang sarjana untuk menyelesaikan pendidikannya.

Dengan mengerjakan skripsi, mahasiswa dapat memperoleh gelar kesarjanaan sesuai bidang ilmu yang ditempuhnya.

Pengerjaan skripsi bertujuan untuk melatih kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah secara sistematis.

Walau kini skripsi sudah tidak lagi diwajibkan, tugas ini menjadi wujud pemanfaatan teori yang sudah mahasiswa pelajari di bangku kuliah.

Singkatnya, skripsi dibuat untuk membuktikan penguasaan suatu materi dari program studi yang kamu ambil selama kuliah.

Hasil penelitian skripsi nantinya dapat dipergunakan bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Sayangnya, menurut survei Populix sebagaimana dalam pers rilis yang diterima PARAPUAN, banyak mahasiswa yang masih mengalami kendala dalam mengerjakan skripsi.

Kendala tersebut disinyalir bisa berpotensi menimbulkan kecurangan demi menyelesaikan skripsi.

"Skripsi merupakan salah satu bentuk tugas akhir dan syarat kelulusan yang masih banyak diterapkan di perguruan tinggi di Indonesia," kata Jonathan Benhi, Co-Founder and CTO Populix.

Baca Juga: Mahasiswa S1/D4 Tidak Wajib Skripsi, Ini Gantinya sebagai Syarat Kelulusan

"Dalam prosesnya, pengumpulan data skripsi sering kali menjadi kendala terbesar yang mempersulit mahasiswa tingkat akhir dalam melakukan penelitian," imbuhnya.

"Kendala ini bisa menghambat peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia karena berpotensi menimbulkan kecurangan-kecurangan demi menyelesaikan tugas akhir tersebut," ujar Jonathan lagi.

Hal ini terlihat dalam survei singkat lewat PopPoll yang dilakukan Populix pada tanggal 28 November-12 Desember 2023.

Survei menemukan bahwa banyak mahasiswa Indonesia yang kesulitan dalam mengumpulkan data skripsi (26 persen).

Mereka kurang mendapat pendampingan dari dosen pembimbing (22 persen), dan mengalami kesulitan dalam menganalisa data (17 persen).

Oleh karena itu, mahasiswa kerap kesulitan mengerjakan bagian-bagian tertentu hingga paling lama proses pengerjaannya.

Misalnya ketika mengerjakan Bab 3: Metode Penelitian (33 persen) dan Bab 4: Hasil Penelitian (29 persen).

Kedua bab itu butuh waktu pengerjaan paling lama karena memerlukan proses pengumpulan data yang ekstensif dan analisa mendalam terhadap hasil temuan.

Secara khusus dalam hal pengumpulan data, mahasiswa sering mengalami beberapa masalah.

Baca Juga: Cara Daftar Beasiswa UI, Terbuka Bagi yang Belum Terdaftar sebagai Mahasiswa

Antara lain meliputi, responden tidak sesuai dengan kriteria (33 persen) atau sulit dalam menentukan responden (23 persen).

Tak jarang, masalah adalah responden yang kurang banyak (17 persen), kesulitan menargetkan responden yang di luar kota (14 persen), dan tidak tahu kemana menyebarkan kuesioner (12 persen).

Sementara itu, kurangnya penguasaan terdahap materi skripsi dan validitas data menjadi dua alasan terbesar ketakutan para mahasiswa dalam menghadapi sidang skripsi.

Sebanyak 42 persen responden menyatakan bahwa mereka takut tidak dapat menjawab pertanyaan dosen penguji saat sidang skripsi.

Kemudian, 26 persen responden takut mendapatkan dosen penguji yang kritis, dan 11 persen lainnya takut karena data mereka tidak valid.

Lantaran kendala-kendala dalam proses pengerjaan skripsi dan ketakutan mahasiswa dalam menghadapi sidang, survei mengungkap bahwa tidak sedikit mahasiswa yang nekat melakukan berbagai kecurangan demi menyelesaikan skripsi.

Kecurangan-kecurangan yang paling sering dilakukan oleh mahasiswa tingkat akhir adalah memanipulasi data (45 persen), menggunakan jasa joki skripsi (26 persen), meniru skripsi orang lain (16 persen), dan mengambil judul skripsi orang lain (24 persen).

Jonathan menambahkan, "Proses pengumpulan data menjadi sebuah tantangan bagi para mahasiswa."

"Padahal, tingkat validitas dan realibilitas data merupakan kunci untuk mendapatkan data yang berkualitas," imbuhnya.

Untuk membantu mahasiswa menemukan responden yang sesuai target penelitian, Populix merilis platform survei online Poplite.

Poplite merupakan sebuah platform survei online dengan lebih dari 500.000 panel responden yang mencakup berbagai segmen demografis dan geografis di seluruh Indonesia.

Dengan menggunakan platform tersebut, Kawan Puan bisa mengerjakan skripsi dengan jujur nantinya. Semoga bermanfaat!

Baca Juga: 6 Platform untuk Meningkatkan Skill AI Gratis, dari Google hingga Harvard

(*)

Penulis:
Editor: Rizka Rachmania