Ajeng Patria Meilisa

Kandidat doktor Universitas Birmingham, UK. Sedang melaksanakan  riset komunikasi keluarga dan perkembangan anak. Berharap dapat mengokohkan peran keluarga dalam masyarakat.

Kenali Cara Validasi Perasaan Anak dan Kalimat yang Wajib Orangtua Hindari

Ajeng Patria Meilisa Jumat, 17 November 2023
Memvalidasi perasaan anak penting untuk tumbuh kembangnya. Bagaimana cara melakukannya?
Memvalidasi perasaan anak penting untuk tumbuh kembangnya. Bagaimana cara melakukannya? surachetkhamsuk

Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.

Parapuan.co - Sebagai orang tua, tentu kita sering mendengarkan ungkapan perasaan anak.

Entah itu tentang temannya di sekolah, rasa sakit akibat jatuh saat bermain, atau bahkan ketakutan tentang situasi tertentu, seperti misalnya kamar yang gelap gulita.

Hampir setiap hari kita mendengarkannya, tapi apakah kita benar-benar menyimaknya?

Lantas, bagaimana reaksi kita? Apakah memvalidasi atau malah menginvalidasi perasaan mereka?

Validasi emosi atau validasi perasaan artinya kita sebagai orang tua (ayah, ibu, bahkan om, tante) menyimak apapun ungkapan hati anak dan berupaya memahaminya.

Dalam validasi emosi, orang tua tidak hanya mendengar dan menyimak, tapi juga mengakui dan menerima apapun perasaan anak, meskipun orang tua tidak setuju terhadap ungkapan perasaan tersebut.

Sebaliknya, invalidasi emosi artinya sikap mengabaikan, meremehkan, dan menolak sebagai respons terhadap perasaan anak.

Sebagai contoh, ada seorang anak menangis karena diejek teman-temannya di sekolah.

Pernah kah Kawan Puan mendengar reaksi orang tua yang mengatakan, “Ah, begitu saja kok nangis, kamu jangan baperan. Dulu Mama kuat, lo, walaupun sering diejek teman-teman”?

Baca Juga: 6 Cara Berkomunikasi dengan Balita, Salah Satunya Validasi Perasaan