Stereotip Sosial Membentuk Aspirasi Anak, Ini Menurut Penelitian

Maharani Kusuma Daruwati - Minggu, 15 Oktober 2023
Melalui penelitian yang kontekstual dan komprehensif guna memahami lebih lanjut mengenai bagaimana stereotip sosial berdampak pada minat anak-anak muda di bidang STEM, Inisiatif Dream Gap dari Mattel berusaha untuk memberi dukungan kepada anak-anak muda dan membantu mereka untuk mencapai potensi terbaiknya.
Melalui penelitian yang kontekstual dan komprehensif guna memahami lebih lanjut mengenai bagaimana stereotip sosial berdampak pada minat anak-anak muda di bidang STEM, Inisiatif Dream Gap dari Mattel berusaha untuk memberi dukungan kepada anak-anak muda dan membantu mereka untuk mencapai potensi terbaiknya. Stockimagefactory.com

Pada Hari Anak Perempuan Sedunia, Mattel, perusahaan mainan global terkemuka, mengumumkan kerjasamanya dengan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Australia, melalui program New Colombo Plan (NCP) serta berbagai universitas terkemuka yakni University of Melbourne (UoM) dan mitranya, Universitas Indonesia (UI), untuk meluncurkan Dream Gap Project di kawasan Asia Pasifik.

Penelitian ini bertujuan untuk memahami lebih lanjut mengenai fenomena "Dream Gap" di Australia dan Indonesia, serta memahami lebih spesifik mengenai bagaimana stereotip sosial memengaruhi minat anak-anak muda pada bidang STEM.

Penelitian yang dilakukan di Australia dan Indonesia akan fokus pada anak-anak berusia 4-6 tahun, mempelajari bagaimana stereotip sosial dapat membentuk aspirasi anak-anak perempuan dan laki-laki, dan mengidentifikasi dampak dari Dream Gap terkait “Identitas STEM” mereka – yang melibatkan pemikiran tentang diri mereka sebagai individu yang berkaitan dengan STEM yang melibatkan proses keterampilan, kapabilitas dan kecenderungan tertentu.

Penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan wawasan kepada para pengambil keputusan untuk membantu mengatasi Dream Gap.

Bidang STEM merupakan topik utama bagi sebagian besar negara dan dianggap sebagai topik yang sangat penting dalam mengikuti perkembangan teknologi yang cepat untuk kemajuan ekonomi dan kemakmuran.

Diperkirakan bahwa para pekerja di masa depan akan menghabiskan lebih dari dua kali lipat waktunya pada tugas dan pekerjaan yang membutuhkan ilmu sains, matematika, dan pemikiran kritis dibandingkan pada saat ini.

Namun, para perempuan tidak masuk ke bidang yang berhubungan dengan STEM dengan tingkat yang sama jika dibandingkan dengan para laki-laki, serta pada umumnya para perempuan juga meremehkan kemampuan dan potensi mereka terhadap ilmu tersebut.

“Di Mattel, kami berkomitmen untuk mendukung pemberdayaan perempuan dan memberikan inspirasi untuk potensi yang tak terbatas pada setiap anak,” kata Paul Faulkner, Direktur Utama dari Mattel-Asia Pasifik, seperti dikutip dari rilis yang diterima PARAPUAN.

Baca Juga: Bintang Beasiswa Hadir Lagi Dukung Perempuan Muda Berkarier di STEM