Tujuan Terkait

Eni Zunita, Srikandi untuk Negeri yang Berdayakan Perempuan Lewat Warisan Budaya

Linda Fitria - Jumat, 1 September 2023
Eni Zunita, pemilik usaha Djasmine Bordir
Eni Zunita, pemilik usaha Djasmine Bordir PARAPUAN/Linda Fitria

Parapuan.co - Sebutan srikandi untuk negeri agaknya cocok disematkan pada sosok perempuan hebat asal Kudus, Jawa Tengah ini, Kawan Puan.

Adalah Eni Zunita, seorang pemilik bisnis bordir Kudus bernama Djasmine Bordir.

Lewat bisnis bordirnya ini, Eni ternyata tak hanya melestarikan budaya yang telah lama ada. Namun dirinya juga memberdayakan para perempuan di sekitarnya.

Saat dihubungi PARAPUAN, Selasa (29/8/2023) lalu, Eni berujar ada banyak kisah di balik berdirinya Djasmine Bordir hingga seperti sekarang.

Awal Mula Djasmine Bordir Berdiri

Menurut cerita Eni, Djasmine Bordir awalnya berdiri pada tahun 2006.

Awal mula bisnis ini berdiri adalah karena orang tua Eni bahkan neneknya adalah seorang pembordir di Kudus.

Karena hal itu, Eni sebagai generasi ke-3 ingin melanjutkan bisnis orang tua namun dengan design dan kreativitas yang ia miliki sendiri.

Selain itu, Eni juga ingin tetap melestarikan warisan budaya bordir yang memang sudah khas di Kudus.

Baca Juga: Ria Prawita Sari, Srikandi untuk Negeri Pemilik Bisnis Fashion Ramah Lingkungan

"Saya pikir kalau bordir itu kan warisan budaya Kudus juga, pikir saya awalnya gitu siapa sih yang meneruskan kalau nggak generasi selanjutnya, eman (sayang), kalau di Kudus ciri khasnya bordir," terang Eni.

Dari situ, perempuan yang ternyata juga pernah bekerja di bidang ritel ini akhirnya memberanikan diri untuk menjual produk dengan mereknya sendiri.

"Akhirnya memutuskan lepas dari ibu, dengan mendirikan Djasmine Bordir dengan karya saya sendiri, kalau (usaha) ibu itukan dulu buatnya kebaya pokoknya yang tempo dulu. Saya nggak seperti itu, saya memodifikasi bordir gimana supaya bisa dipakai anak muda, saya design dengan motif minimalis," tambahnya

Karena kreasi yang ia buat terus mengikuti perkembangan zaman, akhirnya bordir kini bisa menyasar lebih banyak pelanggan.

Punya Pegawai yang Semuanya Perempuan

Dalam memajukan bisnis bordirnya ini, Eni diketahui dibantu oleh perempuan-perempuan hebat di sekitarnya.

Eni diketahui memiliki sekitar 11 pegawai dan semuanya adalah perempuan, dengan 7 pegawai bekerja di rumah, dan sisanya dibawa pulang.

Eni berujar, lewat bisnisnya ini, para ibu rumah tangga yang memang hanya bisa bekerja di rumah tetap bisa berkarya.

Sebab, ia membolehkan beberapa karyawannya yang memang ibu rumah tangga untuk membawa bahan bordiran ke rumah.

Baca Juga: Hesti Widyo Asih, Srikandi untuk Negeri Berdayakan Perempuan Lewat Bisnis Cokelat Kemasan Multifungsi

"Ada yang mbak-mbaknya dibawa pulang, misal dia punya anak nggak bisa ke rumah saya itu nanti mesinnya dibawa pulang jadi dia mesinnya di rumahnya sendiri," terangnya.

Hal ini tentu jadi angin segar bagi para perempuan di sana yang tetap ingin berdaya namun juga ingin mengurus rumah tangga.

Tak hanya memberikan kemudahan itu, Eni juga selalu memfasilitasi pelatihan pada para pegawainya.

Hal itu ia lakukan dengan cara berkolaborasi dengan dinas terkait saat ada pelatihan membordir massal.

Sayangnya, meski sudah memberikan fleksibilitas dalam bekerja, bahkan memfasilitasi pelatihan, mencari sosok yang mau ikut membordir tidaklah mudah.

Tantangan Menjalankan Bisnis Bordir

Menurut Eni, salah satu tantangan terbesarnya dalam menjalankan bisnis ini adalah kurangnya sumber daya manusia (SDM).

Bordir sendiri adalah kerajinan yang membutuhkan kesabaran, detail, hingga ketelitian tinggi.

Hal itulah yang terkadang membuat banyak orang kurang berminat untuk menekuni bidang bordir.

Baca Juga: Srikandi Negeri Community Gathering: Tips dan Trik Bisnis Kuliner Makin Cuan

Padahal, menurut Eni peluang usaha di bidang ini cukup tinggi, apalagi saat ada banyak pesanan datang.

"Meskipun ditawarin pada nggak mau. Tantangannya memang di SDM, pengrajin bordir seperti kami (pemilik), sudah punya pelanggan sendiri karena tidak semua orang suka bordir."

"Kita terkendalanya memang SDM, kita kan homemade. Di Djasmine manual, jadi ya memang harus sabar," imbuhnya.

Meski begitu, Eni mengaku semangatnya dalam melestarikan budaya sekaligus memberdayakan perempuan tidak surut.

Dirinya sampai saat ini terus semangat mengenalkan kerajinan bordir Kudus agar dikenal masyarakat luas.

Eni juga berujar, sebagai perempuan kita tidak boleh pantang menyerah dalam mengejar mimpi.

"Untuk temen-temen meskipun ibu-ibu, apapun yang kita jual kita konsisten, nggak pantang menyerah, tetap semangat."

"Kita harus berinovasi kalau sudah terjun ke bidang bisnis, karena kadang ada masa surutnya, masa bagusnya, tetap semangat," pungkas Eni.

Baca Juga: Anak Agung Sri Anjani, Srikandi untuk Negeri yang Sehatkan Anak Lewat Bisnis MPASI

(*)

Penulis:
Editor: Linda Fitria

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.