Begini Perbedaan Malam 1 Suro di Keraton Yogyakarta dan Surakarta

Anna Maria Anggita - Senin, 17 Juli 2023
Perbedaan tradisi Malam Satu Suro di Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta
Perbedaan tradisi Malam Satu Suro di Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta Kompas.com/ Ferganata Indra Riatmoko

Rangkaian tradisi Topo Bisu Lampah Mubeng Benteng diawali pelantunan tembang macapat oleh para abdi dalem, yang mana liriknya mengandung doa-doa serta harapan.

Pelantunan macapat dilaksanakan di area Bangsal Pancaniti, Keben Keraton Yogyakarta.

Uniknya, selama jalan kaki, para peserta hanya diam dengan tatapan mata lurus ke depan.

Di mana keheningan selama perjalanan ini menjadi simbol perenungan diri atau tirakat, serta keprihatinan terhadap segala perbuatan selama setahun terakhir.

Biasanya ritual Topo Bisu Lampah Mubeng Benteng diikuti oleh abdi dalem bregodo Keraton Yogyakarta, perwakilan dari masing-masing kabupaten/kota di DIY, dan juga masyarakat umum.

Nantinya, perwakilan membawa panji-panji alias bendera dari kabupaten/kota yakni Kabupaten Sleman, Bantul, Gunungkidul, Kulonprogo dan Kota Yogyakarta.

Tradisi Malam 1 Suro di Keraton Surakarta

Keraton Surakarta punya tradisi Kirab Satu Suro yang dalam sejarahnya berasal pada masa pemerintahan Raja Pakubuwono X yang bertahta pada periode 1893–1939.

Baca Juga: Fine Dining ala Bangsawan, Ini Sensasi Makan Malam di Pracima Tuin

Sumber: Kompas.com
Penulis:
Editor: Linda Fitria

Jejak Peninggalan Kartini di Rembang dan Jepara yang Jadi Destinasi Wisata