Tak Bisa Disembuhkan, Deteksi Dini dan Kenali Faktor Risiko Glaukoma

Maharani Kusuma Daruwati - Kamis, 9 Maret 2023
Gen penyebab glukoma antara lain, ABC1, AFAP1, dan GMDS.
Gen penyebab glukoma antara lain, ABC1, AFAP1, dan GMDS. Elisabeth Novina

Parapuan.co - Mata menjadi salah satu organ penting dalam tubuh. Sehingga kita harus menjaganya dengan baik.

Jika terjadi masalah pada mata, bukan tidak mungkin kita akan mengalami kebutaan dan tidak bisa melihat lagi.

Salah satu penyakit mata yang perlu diwaspadai adalah glaukoma.

Secara global, glaukoma merupakan penyebab kebutaan tertinggi kedua setelah katarak.

Nyaris tanpa gejala, glaukoma berpotensi memberi dampak yang lebih fatal, bahkan menyebabkan kebutaan permanen.

“Bersifat kronis, glaukoma merupakan salah satu penyakit mata yang berdampak sangat besar terhadap kualitas hidup penyandangnyam," ujar Prof. DR. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K), Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dalam acara JEC Eye Talks - JEC World Glaucoma Week 2023, Kamis (9/3/2023).

"Dari kecemasan bahkan depresi adanya risiko kebutaan, keterbatasan aktivitas sehari-hari karena gangguan lapang pandang, kendala fungsi sosial karena mulai menghilangnya penglihatan, hingga efek samping pengobatan, serta pengaruh finansial akibat biaya pengobatan yang dikeluarkan,” papar Dokter Subspesialis Glaukoma, dan Ketua JEC Glaucoma Service, JEC Eye Hospitals & Clinics itu.

Sayangnya, di Indonesia permasalahan glaukoma masih memprihatinkan lantaran penderita sering kali baru mencari pengobatan ketika sudah pada stadium lanjut.

"Lebih-lebih 80 persen kasus glaukoma muncul tanpa gejala. Ini yang membuat glaukoma dijuluki sebagai ‘si pencuri penglihatan’. Karenanya, penatalaksanaan glaukoma sedini mungkin sangatlah krusial agar progresivitas penyakit ini dapat dikontrol dan kerusakan saraf mata bisa diperlambat sehingga kebutaan pun tercegah,” lanjutnya.

Baca Juga: Ini 5 Jenis Gangguan Mata Akibat Mengidap Diabetes, Apa Saja?