Mengenal Paradox of Thrift, Sikap Hemat Berlebihan saat Resesi Ekonomi

Arintha Widya - Selasa, 1 November 2022
ilustrasi sikap hemat berlebihan atau paradox of thirft
ilustrasi sikap hemat berlebihan atau paradox of thirft Photobuay

Jadi, meskipun masuk akal bagi individu dan rumah tangga mengurangi konsumsi selama masa-masa sulit, ini adalah sikap yang salah untuk ekonomi yang lebih besar.

Sebuah kemunduran dalam belanja konsumen mungkin memaksa bisnis untuk menghasilkan lebih sedikit, sehingga malah dapat memperdalam resesi.

Contohnya seperti terjadi pada resesi yang mengikuti krisis keuangan tahun 2008 silam.

Selama waktu itu, tingkat tabungan untuk rumah tangga di Amerika rata-rata meningkat dari 2,9 persen menjadi 5 persen.

Pada akhirnya, paradoks penghematan mengabaikan potensi pendapatan yang disimpan untuk dipinjamkan oleh bank.

Ketika beberapa individu meningkatkan tabungan mereka, suku bunga cenderung turun, dan bank memberikan pinjaman tambahan.

Dari informasi di atas, bisa disimpulkan bahwa berhemat secara berlebihan selama resesi malah berpotensi memperparah kondisi melemahnya perekonomian.

Pasalnya, perekonomian bisa berjalan apabila pengeluaran untuk konsumsi barang maupun jasa tidak berkurang drastis.

Kawan Puan boleh saja berhemat, tetapi seperlunya saja agar perekonomian tetap dapat berjalan.

Untuk menghemat, kamu bisa mengalihkan uang untuk investasi untuk menjaga asetmu ya, Kawan Puan.

Baca Juga: Nilai Perhiasan Berkurang Saat Dijual, Ini Fungsi Emas dalam Investasi

(*)

Sumber: Investopedia
Penulis:
Editor: Arintya