KDRT Lesti Kejora Mungkin Terkait dengan Sindrom Stockholm, Apa Itu?

Arintha Widya - Jumat, 21 Oktober 2022
Lesti Kejora.
Lesti Kejora. Instagram @lestykejora

Menariknya, para sandera malah mengumpulkan uang untuk membela kedua pelaku.

Setelah kejadian itu, para psikolog dan pakar kesehatan mental menetapkan istilah sindrom stockholm untuk kondisi ketika para sandera mengembangkan hubungan emosional dengan orang-orang yang menahan mereka.

Dari keterangan tersebut, bisa disimpulkan bahwa sindrom ini termasuk ke dalam gangguan kesehatan mental, sama halnya seperti trauma bonding.

Mengapa KDRT yang dialami Lesti kemudian dikaitkan dengan Sindrom Stockholm? Ada kesamaan dari tanda-tanda yang ditunjukkan menurut ilmu psikolog. 

Pertama, Sindrom Stockholm merupakan respons psikologis yang terbangun selama beberapa waktu, bisa hitungan hari, bulan, bahkan tahun.

Selama waktu tersebut, perasaan positif korban terhadap pelaku kekerasan terus tumbuh, terlebih kalau pelaku adalah kekasih atau suaminya sendiri.

Korban bisa jadi tidak sadar kalau ia mengalami kekerasan dan harus segera keluar dari situasi hubungan tidak sehat yang dijalaninya.

Tanda lain bahwa KDRT yang dialami Lesti Kejora berkaitan dengan Sindrom Stockholm, yaitu:

Baca Juga: 3 Kasus Terkenal Sindrom Stockholm dan Saran Penanganan Sembuhkan Mental Korban

1. Korban membangun perasaan positif terhadap orang yang menyiksa atau melakukan kekerasan kepada mereka.

2. Korban memiliki perasaan negatif terhadap polisi atau orang lain yang bermaksud membantunya keluar dari kondisi kekerasan tersebut. 

3. Korban mulai melihat sisi humanis dari pelaku, dan percaya bahwa ia dan pelaku memiliki tujuan yang sama.

Kira-kira, begitu yang dimaksud sindrom stockholm dan mungkin dialami Lesti Kejora, Kawan Puan. Bagaimana menurutmu?

(*)