Lesti Kejora Maafkan Rizky Billar Usai KDRT Mungkin karena Trauma Bonding, Apa Itu?

Arintha Widya - Sabtu, 15 Oktober 2022
Lesti Kejora dan Rizky Billar
Lesti Kejora dan Rizky Billar @aldiphoto / Dok Instagram

Parapuan.co - Kawan Puan, di antara kamu mungkin ada yang kesal usai Lesti Kejora mencabut laporannya atas KDRT yang dilakukan Rizky Billar.

Akhir September lalu, Lesti melaporkan Billar atas dugaan kekerasan dalam rumah tangga.

Setelah bukti dan saksi dirasa cukup, polisi akhirnya memeriksa Billar dan menetapkannya sebagai tersangka.

Namun, pada hari di mana Billar ditetapkan sebagai tersangka, Lesti datang menjenguk dan menjelaskan kepada media bahwa ia telah mencabut laporannya.

Kepada publik, Lesti mengaku sudah memaafkan suaminya tersebut karena Billar berjanji tidak akan lagi melakukan kekerasan terhadapnya.

Kawan Puan yang sebelumnya mendukung Lesti, bisa saja merasa tidak sepakat dengan keputusannya.

Akan tetapi, tahukah Kawan Puan bahwa sikap yang Lesti lakukan ini ada kaitannya dengan trauma bonding?

Apa itu trauma bonding? Praktisi gentle parenting, Halimah memberikan penjelasan melalui akun TikTok miliknya @dailyjour belum lama ini.

Apa Itu Trauma Bonding?

Baca Juga: Inul Daratista Sebut 'Pukul-pukulan' dalam Rumah Tangga Wajar, Ini Kata Ahli

Di dalam video yang diunggahnya di TikTok, berikut yang Halimah analogikan mengenai trauma bonding.

Pertama-tama pelaku akan menghujani korban dengan kasih sayang, love bombing istilahnya.

Dia akan memberi hadiah-hadiah mahal, kata-kata cinta yang sangat so sweet, kemudian dia akan membuat kamu yakin bahwa di dunia ini nggak akan ada orang yang mencintai kamu selain dia, kemudian terjadilah kekerasan.

Tapi setelah itu, pelaku biasanya akan membawa korban ke fase honeymoon. Fase honeymoon ini dia akan bersikap sangat manis, memohon maaf sambil bersujud, dan bersikap jauh lebih baik sehingga korban merasa, "Oh dia sudah berubah".

Fase itu dijadikan senjata lagi kalau misalnya kekerasannya terulang, dia akan berkata, "Aku ini sayang sama kamu, kalau aku nggak sayang mana mungkin aku belikan semua hadiah mahal dan bersikap manis kepada kamu."

Seluruh bolak-balik antara sayang dan benci ini akan membuat korban mempertanyakan, "Apakah diriku benar-benar layak untuk dicintai?"

Belum lagi masyarakat yang selalu mengajarkan bahwa kekerasan itu adalah sesuatu yang wajar dalam rumah tangga.

Bahwa kalau kamu cerai, nggak akan ada yang mau mencintai janda ataupun duda.

Belum lagi, si pelaku akan semakin agresif kalau korbannya meminta bantuan kepada orang lain.

Baca Juga: Bukan Kali Pertama, Polisi Sebut Rizky Billar Pernah Lempar Bola Biliar ke Lesti Kejora

Makanya, pelaku KDRT cenderung mengisolasi korban dengan temannya yang kira-kira pintar untuk speak up ataupun support system-nya, bahkan jika itu adalah keluarganya sendiri.

Belum lagi kalau si korban punya trauma masa lalu atau masa kecil di mana dia merasa nggak layak dan tidak berharga untuk dicintai.

Belum lagi alasan mempertahankan pernikahan demi anak, padahal anaknya merasa keluarganya tidak pernah utuh, meskipun orang tuanya utuh.

Inilah trauma bonding. Sesuatu yang membuat korban KDRT selalu kembali ke pelakunya tidak peduli seberapa keras pun dia sudah berusaha dan seberapa banyak dia sudah disakiti.

Orang yang memiliki trauma bonding butuh usaha keras untuk memutus ini dan mungkin mereka sedang berusaha, tapi memang belum berhasil.

Halimah juga menyinggung sebuah studi di Inggris yang menyebutkan bahwa seseorang yang mengalami KDRT butuh 5-6 kali percobaan sebelum akhirnya bisa bebas dari hubungan yang toxic.

Jika diibaratkan tali, akan semakin sulit tali dipotong ketika sudah dililitkan berkali-kali dan perlu usaha ekstra untuk membuatnya benar-benar terputus.

Jadi, Kawan Puan sudah bisa memahami apa yang mungkin saja tengah dirasakan Lesti sampai ia memaafkan Billar walau sudah disakiti, kan?

Semoga informasi tentang trauma bonding ini menambah wawasanmu ya, Kawan Puan.

Baca Juga: Tersandung Masalah KDRT, Isi Perjanjian Pranikah Rizky Billar dan Lesti Kejora Kembali Disorot

(*)

Sumber: TikTok
Penulis:
Editor: Linda Fitria