Pakai Foundation sejak SD, Zsazsa Lawan Standar Kecantikan dengan Jadi Model Vitiligo

Citra Narada Putri - Jumat, 14 Oktober 2022
Zsazsa, model dengan vitiligo yang dobrak standar kecantikan.
Zsazsa, model dengan vitiligo yang dobrak standar kecantikan. Dok. PARAPUAN/Citra Narada

Menjadi Model dengan Vitiligo

Pasca memutuskan untuk lebih terbuka dengan vitiligonya, justru membuka peluang karier yang lebih terbuka bagi Zsazsa. Jika selama ini ia khawatir tak bisa diterima dalam berbagai pekerjaan karena kulitnya, kondisi vitiligonya justru menjadi sesuatu yang indah dari dirinya. 

Diceritakan oleh Zsazsa, ketika ia menemani temannya meeting untuk melakukan pemotretan brand kecantikan miliknya, ada seorang fotografer yang melihat tangannya dengan bercak putih.

"Fotografer itu nanya ke temen aku, 'Eh dia model bukan? Mau enggak dia jadi model?'," cerita Zsazsa. Menurutnya, itu adalah respon pertama dari orang lain yang tak memandang vitiligonya sebagai sesuatu yang aneh.

"Dari situ aku mulai lebih membuka diri lagi, berani menerima hal-hal baru. Dan kenapa enggak aku coba (jadi model), karena siapa tahu dengan aku membuka diri (menerima vitiligo), ada pintu yang terbuka," papar Zsazsa tentang awal mulanya ia berkarier sebagai model dengan vitiligo. 

Walau tak punya pengalaman menjadi model, Zsazsa memberanikan diri menerima tawaran tersebut. Gayung bersambut, pasca menjadi model untuk brand kecantikan milik temannya tersebut, tawaran serupa semakin banyak datang untuk dirinya. 

Sejak itu pula, eksistensi Zsazsa semakin dilihat oleh agensi modeling, yang juga mengajaknya untuk bergabung menjadi model profesional. 

"Mulailah aku berkembang lagi jadi model. Banyak banget yang ternyata interest dengan kulit aku," kenang Zsazsa yang kini makin disibukkan dengan karier modelingnya. 

Kendati demikian, tak dipungkirinya bahwa di awal kariernya masih ada perasaan insecure yang menghantuinya.

Baca Juga: Hari Vitiligo Sedunia, Bentuk Dukungan atas Penyakit yang Sering Dilupakan

  

Ketakutan akan ketidakpercayaan diri apakah dirinya cocok menjadi model di tengah industri yang kental dengan standar kecantikan tertentu. 

"Tapi di satu sisi aku juga sadar, ketika ada orang yang mau memperkerjakan aku, berarti aku juga punya value lebih kan. Dari situ aku mikir bahwa ini bisa jadi modal aku untuk merepresentasikan vitiligo," katanya optimis. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Zsazsa (@zsazsimi)

Buat Komunitas Vitiligo

Setelah menjadi model, dukungan tak henti-hentinya diterima oleh Zsazsa dari orang-orang di sekitarnya. Mulai dari keluarga, sahabat, para pengikutnya di media sosial hingga komunitas-komunitas vitiligo yang juga terinspirasi darinya. 

Dukungan-dukungan itu jugalah yang mendorong Zsazsa untuk membuat komunitas untuk mereka yang memiliki kondisi serupa dengannya di awal tahun 2022. Dinamai Vitipower, ini adalah komunitas vitiligo yang didirikan Zsazsa untuk menjadi ruang aman untuk mereka berbagi cerita, saling mendukung dan menginspirasi. 

Tujuan dari adanya komunitas ini, menurut Zsazsa, agar komunitas vitiligo bisa lebih menerima dirinya dengan keunikannya masing-masing. 

Anggota komunitas ini pun hadir dengan berbagai keberagamannya, mulai dari yang berusia 2 bulan hingga umur 50 tahun ke atas, hingga pasangan dengan vitiligo. 

"Ke depannya aku pingin lebih menjangkau ke anak-anak yang masih berkembang, masih mencari jati dirinya. Supaya enggak kena dampak negatif dari merasa berbeda dan sendiri karena vitiligonya," paparnya.  

Baca Juga: Bangga! Model Indonesia Shahnaz Indira Debut di London Fashion Week

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by VITILIGO POWER (@vitipower)

Zsazsa pun berharap komunitasnya ini bisa menjangkau masyarakat di daerah yang cenderung lebih mudah dihakimi.

"Kalau di daerah tuh vitiligo bisa dianggap karena pesugihan. Mitosnya pesugihan bulus putih. Terus ada juga yang menganggap vitiligo menular. Aneh-aneh pokoknya," jelas Zsazsa.

Penghakiman-penghakiman negatif ini terjadi karena masih rendahnya awareness terhadap vitiligo.

"Dan dalam proses penerimaan diri tuh aku mengalami itu semua. Jadi aku pengen generasi yang di bawah aku tuh enggak perlu ngalamin hal yang sama, apalagi sekarang informasi lebih mudah didapat, sehingga seharusnya stigma-stigma negatif itu lebih berkurang lah. Bahkan mimpinya enggak ada lagi stigma," harapnya.

Zsazsa pun berharap akan ada lebih banyak orang yang bisa merasa percaya diri dengan apapun kondisi kulit mereka.

Dari kisah Zsazsa dengan vitiligonya, kita belajar bahwa hal yang kerap kita anggap sebagai kekurangan ternyata bisa menjadi kekuatan utama kita untuk berkembang lebih besar.

Yuk, Kawan Puan, mari kita mulai mencintai diri sendiri dan semoga akan makin banyak perempuan yang merasa percaya diri dengan kondisi kulitnya yang cantik, karena #akuberharga.

Kawan Puan juga bisa berbagi cerita dan mengekspresikan apapun yang kamu rasakan di Ruang Cerita, tanpa perlu takut merasa dihakimi. 

(*)

Baca Juga: Berdasarkan Riset, Masih Banyak Perempuan Punya Body Positivity Rendah